Hidayatullah.com—Lebih dari 100 uskup dan 30 pejabat tinggi gereja berkumpul di Roma guna menghadiri simposium “inisiatif global menjaga anak-anak dan orang dewasa rentan”, yang digelar Vatikan sebagai tanggapan atas masalah pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh rohaniwan gereja, lansir Christian Post Rabu (08/02/2012).
Simposium khusus membahas pedofilia itu untuk pertama kalinya dibahas dalam tingkat internasional. Namun, para korban tetap tidak yakin bahwa akan ada perubahan setelah pertemuan empat hari tersebut.
Lebih dari 10 tahun terakhir, bersamaan dengan terungkapnya kasus-kasus pelecehan seks terhadap anak oleh para pendeta di Amerika Utara dan Eropa, para pejabat Gereja Katolik dinilai lamban dan tidak serius menanggapinya.
Menurut Uskup Agung Charles Scicluna, pejabat Vatikan urusan kasus pencabulan, gereja telah menegaskan bahwa para uskup harus mengikuti hukum sipil yang berlaku di masyarakat dalam kasus tersebut.
William J. Levada, seorang kardinal di Amerika Serikat, mengakui bahwa hubungan antara gereja dengan pemerintah setempat berbeda antara satu negara dengan lainnya. Oleh karena itu, ia mendesak agar para uskup lebih proaktif dalam menangani kasus itu.
Levada dulu menangani para pendeta cabul di Portland dan San Francisco, Amerika Serikat, dan ia dinilai lamban.
“Meskipun setelah bertahun-tahun janji, petemuan dan permintaan maaf kosong, Vatikan tidak dapat mengambil tindakan yang paling murah dan ramah anak-anak.” kata Survivor Network of those Abused by Priest (SNAP) dalam pernyataannya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
SNAP menilai, pertemuan tingkat tinggi itu justru dipimpin oleh para ‘pakar’ dan pejabat gereja yang bertanggungjawab atas penyembunyian kasus kejahatan seksual rohaniwan gereja terhadap anak-anak, termasuk Levada.
SNAP ikut mengajukan tuntutan ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda, agar para pejabat Vatikan diadili bulan September 2011.*