Hidayatullah.com–Tawakul Karman, aktivis Yaman salah satu penerima Nobel Perdamaian 2011, mengatakan bahwa agama bukan ancaman bagi demokrasi.
“Semua agama, mereka menghormati demokrasi. Mereka menghormati hak asasi manusia, mereka menghormati seluruh nilai yang kita semua bawa,” kata Karman, dikutip Ashraq Al Awsat (10/12/2011).
Menurut jurnalis perempuan berkerudung itu, masalahnya bukan terletak pada agama itu sendiri, melainkan pada interpretasi tidak toleran dari sebagian pengikut agama.
“Satu-satunya masalah adalah kesalahparahaman dari orang-orang yang bertindak –Islam, Kristen Yahudi atau agama lainnya– yang mengatakan ‘ini agama yang benar’,” kata wanita berusia 32 tahun itu.
Karman dijuluki “Ibu Revolusi” di Yaman karena dianggap memainkan peran penting dalam aksi protes terhadap kepemimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Dia berharap aksi unjuk rasa rakyat, yang masih berlangsung di negaranya, akan mengubah citra Yaman yang dikenal sebagai surga para teroris.
“Sebelum revousi, reputasi Yaman sangat buruk … 99 persen orang bicara tentang terorisme dan (Usamah) bin Ladin. Tapi … setelah revolusi, Anda akan melihat Yaman sesungguhnya, yang damai, memiliki impian dan pencapaian,” katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bersama dengan dua orang wanita Liberia, Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf dan Leymah Gbowee, Tawakul Karman menerima hadiah Nobel pada hari Sabtu (10/12/2011) di ibukota Norwegia, Oslo. Mereka berbagi uang sebesar USD 1,5 juta, yang diberikan panitia penghargaan Nobel ke-115.*