Hidayatullah.com–Pembatalan larangan menyetir (mengemudi) bagi kaum perempuan Arab Saudi hanya akan menghasilkan para gadis-gadis Saudi menjadi “tak perawan”, demikian kesimpulan dewan ulama Saudi memperingatkan.
Kesimpulan mengejutkan tersebut datang dari dewan ulama, Majlis al-Ifta al-A’ala, dewan keagamaan tertinggi di Arab Saudi, bekerja sama dengan Kamal Subhi, mantan profesor di Universitas King Fahd.
Majelis ulama Saudi menyatakan larangan mengemudi bagi wanita di Negeri Petro Dolar itu sudah benar. Alasannya, jika kebijakan itu dicabut, maka Negeri Arab akan terancam kehilangan gadis-gadis perawan dalam tempo 10 tahun mendatang.
Kamal tidak asal bicara. Kekhawatiran itu didasarkan atas penelitian cendekiawan muslim di Al-Ifta Al A’ala, sebuah Majelis Ulama tertinggi di Arab Saudi. Hasil penelitian tersebut telah disebar ke seluruh pelosok Arab.
“Bahkan jika kebijakan dilonggarkan sekalipun, warga Arab Saudi bisa dekat pornografi,” kata Kamal Subhi, mantan Profesor King Fahd University, dikutip Daily Mail, Kamis, (01/12/2011). Yang lebih mengkhawatirkan, kata Kamal, pria dan wanita Arab Saudi akan lebih banyak menjalin hubungan sejenis, yaitu menjadi gay atau lesbian.
Laporan ini menilai kemungkinan dampak pembatalkan larangan mengemudi untuk wanita di Arab Saudi, satu-satunya negara di dunia di mana perempuan tidak diperbolehkan di belakang kemudi.
Laporan ini disampaikan 150 anggota Dewan Syura, badan legislatif negara.
Laporan juga memperingatkan, mengizinkan wanita mengemudi justru akan ‘memicu lonjakan prostitusi, homoseksualitas pornografi, serta perceraian’.
Dalam sepuluh tahun larangan dicabut, ujar ulama, tidak akan ada lagi ‘perawan’ dalam pemerintahan Islam.
Itu menunjukkan ‘kemerosotan moral’ sudah bisa dilihat di negara-negara Muslim lain di mana wanita diperbolehkan mengemudi.
Dalam laporan tersebut Profesor Subhi menceritakan bagaimana dia pernah duduk di sebuah warung kopi di sebuah negara Arab yang tidak ia disebutkan namanya.
“Semua perempuan menatapku, “tulisnya. “Salah satu membuat gerakan isyarat yang membuatnya jelas dia bisa dijumpai.. ini yang akan terjadi kalau wanita boleh mengemudi sendiri.”
Laporan mengejutkan datang setelah Shaima Jastaniya, seorang wanita saudi (34 tahun), dijatuhi hukuman 10 kali cambukan setelah tertangkap mengemudi di Jeddah.
AS ikut campur
Sebelum ini, bulan Maret 2010 lalu, ketika Menteri Luar Negeri Saudi, Saud Al Faishal menyatakan dalam wawancaranya dengan seorang jurnalis wanita New York Times yang menunjukkan sikapnya terhadap pencabutan larangan ini, secara spontan Amerika langsung ikut menanggapi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Clinton langsung menyinggung masalah larangan menyetirnya wanita Saudi kepada Menlu Saudi, Amir Saud Al Faishal, sebagaimana dilansir alarabiya.net, (22/06/2011). ”Clinton telah menyinggung masalah menyetirnya wanita,” ujar Jubir Kementerian Luar Negeri AS Victoria Noland menyatakan.
Selanjutnya, jubir itu menilai bahwa Clinton berusaha untuk memberikan ide bagaimana memajukan hak-hak wanita di Saudi dengan cara yang paling baik.
Yang dimaksud adalah persetujuan Amerika atas pendapat Menteri Luar Negeri Saudi, Saud Al Faishal yang sempat mengatakan, ”Kepesatan untuk maju dan terbuka tidak bisa diralat. Dan upaya untuk membangun masyarakat liberal telah dimulai.” *