Hidayatullah.com– Tom Burghardt, analis asal Amerika berpendapat bahwa retorika agresif AS terhadap Suriah dan Iran membuktikan bahwa kaum imperialis menjadikan “krisis nuklir” sebagai alasan untuk mengobar perang.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan situs Global Research, Senin (28/11/2011), Tom Burghardt, menyinggung berbagai langkah konfrontatif AS dalam tiga dekade terakhir melawan Iran, seraya menyebutkan bahwa laporan terbaru Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Yukiya Amano, akan dijadikan alasan untuk membenarkan kemungkinan aksi militer terhadap Tehran.
Dikatakannya, meskipun IAEA membenarkan tidak adanya penyimpangan dalam program nuklir Iran, akan tetapi Amano mengklaim bahwa IAEA “tidak dapat memberikan jaminan pasti tentang keberadaan bahan nuklir yang tidak diumumkan dan aktivitas di Iran.”
Analis Amerika itu menjelaskan bahwa alin-alih menjadi pengawas nuklir independen, di bawah kepemimpinan Amano, IAEA telah berubah menjadi “lembaga yang sangat-politik dan lentur” serta cenderung mematuhi instruksi Washington.
Burghardt menyinggung dokumen Departemen Luar Negeri AS yang dirilis Wikileaks tahun 2009, yang menyebutkan bahwa Yukiya Amano mengucapkan terima kasih kepada AS karena mendukung pencalonan dirinya dan berkomitmen untuk mendukung tujuan strategis AS di IAEA.
Laporan IAEA, menurut Burghardt, diikuti oleh gelombang baru sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutunya di Eropa terhadap sektor keuangan Iran dan minyak dengan tujuan lebih mencekik perekonomian Iran.
“Meski tidak ada bukti bahwa Iran sedang memproduksi bom nuklir, namun retorika agresif dan aksi-aksi militer yang menarget Suriah dan Iran secara bersamaan itu, merupakan sinyal bahaya bahwa kaum imperialis menjadikan ‘krisis nuklir’ sebagai alasan untuk berperang,” ujarnya dikutip IRIB.
Menurut Burghardt, kemungkinan Washington lebih memilih serangan awal oleh Israel daripada langsung memimpin sebuah operasi militer secara frontal ke-Iran.
Menurutnya, serangan Zionis-Israel akan dikesankan kepada opini publik sebagai keputusan sepihak Tel Aviv. Kemudian hal itu akan dijadikan alasan bagi Washington untuk membenarkan intervensi militernya bersama dengan NATO demi “membela Israel.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain Burghardt, sejumlah pengamat mengatakan, setiap intervensi yang ditujukan kepada Suriah, maka akan memicu balasan dari Iran yang merupakan sekutu pemerintah Assad.
Seperti dilaporkan Forbes, perang melawan Suriah dan Iran akan sangat berdampak buruk karena ini akan menciptakan Perang Irak Kedua.
Munculnya kekhawatiran perang baru seperti di Iraq itu kemungkinan akan terjadi akibat mendekatnya Kapal Perang AS “George H. W. Bush” ke wilayah Suriah.
Kapal tyang memiliki hulu ledak nuklir itu merupakan yang terbesar dari 10 koleksi kapal perang yang dimiliki AS saat ini. Selain itu, Kapal George H. W. Bush juga memiliki kemampuan yang jauh lebih unggul dibandingkan sembilan kapal perang AS lainnya.*