Hidayatullah.com–Kesepakatan damai antara Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dengan kelompok oposisi yang ditengahi GCC (Gulf Cooperation Council) masih belum menemukan titik terang karena Saleh menolak untuk menandatangani kesepakatan, sehingga ketegangan masih terus berlangsung.
Mediator GCC mengatakan kepada kelompok oposisi bahwa hari Sabtu (30/4) Saleh akan menandatangani kesepakatan mundur sebagai ketua partainya, tapi menolak menandatangani pernyataan akan mundur sebagai presiden, seperti yang dituntut oposisi.
Saleh, yang dianggap sebagai sekutu Amerika Serikat dalam memerangi Al-Qaidah, memaksa mediator untuk membagi sesi penandatanganan perjanjian menjadi 2 hari, di Sanaa dan Riyadh, dan menolak kehadiran pejabat Qatar.
Perdana menteri Qatar adalah orang pertama yang mengumumkan bahwa Saleh akan menandatangani kesepakatan mundur dan stasiun televisi Aljazeera — yang berbasis di Qatar — dituding Saleh menjadi pemicu revolusi di dunia Arab.
Menurut perwakilan oposisi Sultan Al-Atwani kepada Reuters, Sabtu (01/5), Sekretaris Jenderal GC Abdullatif Al-Zayani meninggalkan Yaman tanpa berhasil mendapatkan tandatangan Saleh.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Namun koalisi oposisi masih berharap GCC akan berhasil membujuk Saleh.
“Masalahnya sekarang dengan negara-negara Teluk. Jika mereka berhasil membujuk Saleh, maka hal itu bagus,” kata Muhammad Basindwa, tokoh oposisi yang kemungkinan akan menjadi perdana menteri sementara dari kelompok oposisi.*