Hidayatullah.com–Partai ‘anti Muslim’ PVV pimpinan Geert Wilders bisa menjadi NSB, itulah gerakan di Belanda yang dekat dengan Nazi selama Perang Dunia Kedua. Demikian Herman van Veen, penyanyi dan pemain teater Belanda yang juga terkenal di Jerman.
Menyusul peringatan itu, Herman van Veen menerima ribuan surat elektronik email yang bernada kebencian. Pengirimnya adalah pendukung Wilders. Isinya hal-hal yang tidak enak, setelah peringatannya menyebutkan bahwa struktur PVV pimpinan Wilders tidak demokratis.
Koran De Telegraaf Senin lalu melaporkan pidato Herman van Veen, 64 tahun, di Utrecht untuk memperingati 20 tahun bobolnya Tembok Berlin. Saat itu, si penyanyi memperingatkan hadirin bahwa Partai Kebebasan PVV tidak menerima anggota dan didanai oleh sumbangan, bukan iuran anggotanya.
“Partai seperti itu adalah ancaman untuk demokrasi,” kata Herman van Veen.
Pada situs webnya Herman van Veen menjelaskan pendapatnya lebih jauh. Ucapannya Ahad silam di Utrecht dibangkitkan oleh wawancara kontroversialnya di Jerman Timur, tiga minggu sebelum Tembok Berlin bobol.
Para jurnalis Jerman Timur harus berurusan dengan kaum komunis penguasa negeri itu, karena berani mengumumkan wawancara dengan Herman van Veen.
Menengok kembali kejadian itu, “Saya menyatakan prhatin terhadap sistem otoriter zaman dulu, dan menegaskan, kita harus berani menuntut supaya partai politik harus berdasarkan azas demokrasi. Saya ingin menjelaskan bahwa PVV tidak harus menjadi NSB. Jangan sampai sejarah seseorang menjadi masa depan yang lainnya. Menurut saya, PVV itu bukan partai politik, tetapi perhimpunan dan pergerakan yang diputuskan oleh satu orang. Ini tidak demokratis. Karena itu saya prihatin. Isi ribuan reaksi yang saya terima menguatkan keprihatinan saya itu.”
Menghitamkan
Sementara itu, pengacara Geert Wilders, Bram Moszkowicz, dalam wawancara televisi menyatakan, ucapan penyanyi Herman van Veen itu lelucon saja dan menambahkan, “saya tergoda untuk menggunakan kata ‘memalukan dan tidak hormat'”. Ucapan penyanyi ini “menghina dua juta orang,” kata Moskowicz memperkirakan jumlah pengikut PVV.
Ia memperingatkan bahaya “menghitamkan” Geert Wilders. “Ini bisa mengakibatkan serangan. Orang-orang yang dibuat jadi hitam sampai dibunuh di masa lampau,” katanya menunjuk pada pembunuhan politikus populer Pim Fortuyn pada tahun 2002.
Bram Moszkowicz yang gila media itu menampik segala macam persamaan Nazi pimpinan Hilter dengan PVV pimpinan Geert Wilders, sambil menunjuk pada pertemuan yang belum lama ini berlangsung antara Wilders dengan penulis Amerika keturunan Yahudi Elie Wiesel. “Eli Wiesel tidak akan duduk bersama seorang pemimpin NSB,” kata Moszkowicz.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kalau begitu kenapa Partai Kebebasan PVV pimpinan Geert Wilders tidak punya anggota? “Kalau sampai punya anggota, maka kalangan yang tidak bermaksud baik akan bisa merusak PVV dari dalam,” jelas Bram Moszkowicz. Wilders sendiri tidak berkomentar tentang hal ini, karena menurutnya siapa saja di Belanda berhak bicara di depan umum.
Reaksi yang muncul pada situs harian populis De Telegraaf, menunjukkan bahwa Wilders selalu berdalih kebebasan berpendapat kalau ia membuat pernyataan yang dianggap membangkitkan kebencian. Tetapi kalau orang lain yang menggunakan kebebasan yang sama, dalam hal ini penyanyi Herman van Veen, maka pengikut Wilders akan marah. Sedangkan seorang lain menulis, ribut-ribut ini muncul karena harian De Telegraaf salah dalam melaporkan ucapan penyanyi Herman van Veen. [rnl/hidayatullah.com]