Hidayatullah.com–Universitas Yale memutuskan akan menyingkirkan gambar-gambar kartun Nabi Muhammad dari sebuah buku yang akan terbit, setelah mendapat kritk dari alumni mereka yang terkemuka dan sekelompok profesor dari universitas-universitas ternama bahwa hal itu akan memicu kemarahan umat Muslim seluruh dunia.
Yale University Press, penerbitan milik Universitas Yale, menyingkirkan 12 kartun dari buku “The Cartoons That Shook the World”, kartun yang mengguncang dunia, oleh Jytte Klausen dari Brandeis University. Buku itu dijadwalkan akan terbit pekan depan.
Adalah surat kabar Denmark yang pertama kali menampilkan gambar-gambar kartun itu pada tahun 2005, termasuk di antaranya yang menggambarkan Nabi Muhammad mengenakan turban berbentuk bom. kemudian penerbitan-penerbitan Barat lainnya ikut mempublikasikannya.
Tahun berikutnya, kartun-kartun itu memicu protes massal dari Maroko hingga Indonesia. Para pengunjuk rasa menyerang perwakilan diplomatik Denmark dan beberapa negara Barat lainnya. Sebagian negeri-negeri Muslim memboikot produk-produk Denmark.
Namun, seperti biasa, ada pihak-pihak yang tidak setuju gambar-gambar tersebut dihilangkan dengan mencari-cari alasan ilmiah.
“Menurut saya sangat mengejutkan, kampusnya Nathan Hale menjadi tempat pertama di mana Amerika menyerah dengan ketakutan seperti ini, takut akan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan oleh ekstremis,” kata Michael Steinberg, seorang pengacara lulusan Yale.
Steinberg adalah satu di antara 25 orang yang menandatangani surat protes yang dikirimkan kepada majalah alumni Yale, yang memaksa agar pihak universitas memuat kembali gambar-gambar tersebut ke dalam buku. Penanda tangan surat lainnya antara lain John Bolton, mantan Duta Besar AS untuk PBB semasa Presiden Bush, David Frum, mantan penulis pidato Bush, dan seorang dokter liberal Seth Corey.
“Menurut saya itu pengecut intelektual,” kata Bolton Kamis lalu kepada AP. “Menurut saya itu kekalahan terhadap diri sendiri buat Yale. Sulit dijelaskan.”
Cary Nelson, Presiden American Association of University Professors, menulis dalam suratnya kepada Yale belum lama ini, bahwa keputusan Yale itu maknanya adalah “Kami tidak bernegosiasi dengan teroris. Kami hanya memenuhi permintaan mereka.”
Dalam pernyataan yang menjelaskan tentang keputusan mereka, pihak Yale University Press memutuskan untuk mengeluarkan halaman yang memuat gambar karikatur dari koran Denmark itu dan gambar lain yang melukiskan Nabi Muhammad, setelah meminta bantuan kepada pihak universitas mengenai hal tersebut. Dikatakan bahwa pihak universitas berkonsultasi dengan para pejabat yang menangani masalah terorisme, para diplomat, dan pejabat Muslim tingkat atas di PBB.
“Keputusan yang diambil semata berdasarkan pada penilaian para pakar, yaitu bahwa kemungkinan akan terjadi kekerasan yang menelan korban orang-orang tak berdosa,” demikian bunyi pernyataan itu.
Pemunculan kembali kartun-kartun itu telah menimbulkan kekerasan di mana-mana di seluruh dunia, menyebabkan 200 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka, demikian tulis pernyataan itu. Juga disebutkan di dalamnya bahwa surat-surat kabar terkemuka di AS dan Inggris telah menolak untuk menampilkan gambar-gambar kartun tersebut.
“Yale dan Yale University Press sangat komit memegang prinsip kebebasan berbicara dan berekspresi, jadi masalah yang muncul ini sangat sulit,” kata pernyataan itu. “Pihak penerbit tidak akan membuat keputusan dengan alasan sebagian orang mungkin akan tersinggung dengan pelukisan Nabi Muhammad,”
John Donatich, Direktur Yale University Press, mengatakan, kritik-kritik yang ada mempunyai “dasar yang kokoh.” Ia menyatakan bahwa masalah itu bukan soal sensor, karena pihak universitas tidak akan menghilangkan materi asli buku yang tidak terdapat di tempat lain.
“Saya tidak akan pernah setuju untuk menyensor materi asli,” kata Donatich
Klausen mengatakan, dirinya sangat terkejut ketika diberitahu pada bulan Juli. Ia mengatakan, para pe-review dan pihak penerbit Yale setuju atas rekomendasi dari fakultas bahwa kartun-kartun itu akan dimuat.
“Saya sangat kecewa karenanya,” kata Klausen.
Menurut Klausen, pihak yang dikonsultasikan tidak membaca manuskripnya. Ia bilang dirinya telah berkonsultasi dengan para pemimpin Muslim dan tidak percaya jika memasukkan materi kartun dalam debat ilmiah akan memicu tindak kekerasan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ia mengatakan, dirinya terpaksa menyetujui buku itu diterbitkan tanpa mengikutsertakan gambar kartun itu, karena ia tidak percaya ada penerbit universitas lain yang mau menerbitkannya. Dan ia berharap pihak Yale akan memasukkan gambar itu pada cetakan selanjutnya.
Ia beralasan, ada kesalahan persepsi jika Muslim serta merta marah terhadap kartun itu, karena mereka tahu bahwa gambar itu disalahgunakan oleh orang-orang yang melakukan tindak kekerasan.
Donatich mengatakan, para pakar tidak memiliki waktu untuk membaca buku itu, tapi mereka telah diberitahu mengenai konteksnya. Ia mengatakan, para pe-review dan pihak penerbit tidak keberatan, tapi jangan diminta pertanggungjawaban atas resiko yang akan muncul.
Fareed Zakaria, editor Newsweek International, kolumnis isu global dan pembawa acara di CNN, yang juga tergabung dalam institusi Yale, mengatakan bahwa ia berkata kepada Yale bahwa ia yakin penerbitan gambar-gambar itu akan memicu tindak kekerasan.
“Sebagai seorang jurnalis dan komentator publik, saya sangat percaya terhadap Amandemen Pertama dan kebebasan akademik,” kata Zakaria. “Namun, dalam hal ini Yale dihadapkan dengan ancaman terjadinya tindakan kekerasan dan hilangnya nyawa manusia.” [di/ap/hidayatullah.com]