Hidayatullah.com–Ulama Mesir akhirnya melarang novel karya Nawal El Saadawi, seorang feminis Mesir karena dianggap menghina Islam. Sekjen Majma’ al-Buhûts al-Islâmiyah, Syekh Ibrahim Atha menilai, penyitaan novel karya Nawal el Saadawi dilakukan karena pemikiran-pemikirannya telah menyerang ajaran Islam. Selain itu, menurutnya, penulis juga mengutip beberapa ayat Al-Quran dengan tujuan untuk mencela ajaran-ajaran Islam, baik secara akidah ataupun syariah.
“Maka dari itu, Majma’ Buhûts al-Islâmiyah mengeluarkan keputusan untuk melarang peredaran novel itu di kalangan pembaca dengan tujuan menjaga akidah ruh agama dari penghinaan,” kata Syekh Ibrahim dikutip Gatra.
Menurut Ibrahim, pihaknya tidak menentang ide dan pemikiran, sebab pena tidak pernah berdosa. “Tapi jangan menghina agama, atau simbol-simbol keagamaan,” tegasnya. Ia menunjuk tokoh yang disebut Nawal sebagai al-Imâm, yang merupakan istilah keislaman. Ia menilai, Nawal menginginkan umat Islam selalu mencurigai sosok al-Imâm itu.
Penyitaan novel Nawal el Saadawi dan empat buku lainnya menjadi polemik yang semakin memanas. Al-Azhar dinilai tak sekadar mengeluarkan rekomendasi, tapi juga boleh melakukan kontrol hukum, penyitaan langsung dan inspeksi mendadak ke toko-toko buku.
Tentu saja keputusan ulama Mesir ini membuat kalangan penganut liberalisme kebakaran jenggot. Beberapa pemuja faham liberal menganggap hak esekusi hukum kepada ulama Al-Azhar merupakan tindakan membahayakan dan mengotori fungsi tokoh agama karena melanggar prinsip kebebasan berpikir dan berkarya sebagaimana alasan klasik para pemuja liberalisme.
Nabi Kaum Feminis
Kamis lalu, Majma’ al-Buhûts al-Islâmiyah memutuskan menyita novel Nawal El Saadawi bverjudul Suqûth al-Imâm (Jatuhnya Sang Imam: versi terjemahan Inggris, The Fall of The Imam. Lembaga Islam Al-Azhar yang paling berpengaruh dan memiliki otoritas hukum kemudian melarang dan memberangus buku-buku yang dianggap melanggar ajaran Islam sesuai dengan Undang-Undang Mesir Nomor 103 Tahun 1661 Pasal 15.
Novel Nawal tersebut dilarang bersama buku-buku lain, Al-Mâsûniyah: Diyânah am Bid’ah karya Alexander Shahin, Madînah Ma’âjiz al-A’immah al-Itsnâ ‘Asyar dan Dalâ’il al-Hajj ‘Ala al-Basyr, dua-duanya karya Sayyid Hasyim Al-Bahrani, serta Nidâ’ Ilâ Dlamîr al-Ummah karya Ali Yusuf Ali yang isinya banyak membuat marah ulama Al-Azhar.
El Saadawi adalah nabi kaum feminis yang dipuja-puja dunia Islam. Selain sastrawan, El Sadawi juga seorang ahli sosiologi dan dokter. Bukunya yang pernah diterbitkan adalah The Hidden Face of Eve (Wajah Rahasia Kaum Hawa) Women at Point Zero (Perempuan di Titik Nol), Death of an Ex-Minister (Akhir Hayat Seorang Mantan Menteri).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sekitar tahun 1980-an ia pernah dipenjarakan atas tuduhan “perbuatan kriminal terhadap negara”. Karya-karya semakin ‘liar’ dan sering menggugat otoritas ulama setelah dirinya hijrah ke luar negeri dan banyak dipakai para akademisi di berbagai universitas di Amerika.
The Fall of the Imam (Jatuhnya Sang Imam), berisi tentang kejatuhan para pemimpin yang selalu bersembunyi di balik nama agama dan Tuhan. Oleh pemuja gerakan liberalisme, buku ini dianggap ‘berani’ karena dianggap mendobrak sistem ajaran agama yang sudah mapan meski jelas melanggar prinsip syari’ah Islam. (gtr/hid/cha)