Hidayatullah.com–Dalam sebuah berita yang diperoleh sebelum dipublikasikan, suratkabar tersebut mengutip pernyataan Struck yang mengatakan Jerman masih mempelajari kemungkinan penempatan satu misi di Kundus untuk melindungi para pekerja kemanusiaan sipil.
“Afghanistan bagi tentara wanita dan pria tetap merupakan satu misi berbahaya,” katanya tentang pasukan Jerman yang berdinas di Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF).
“Kita kembali menerima peringatan-peringatan akan serangan-serangan baru terhadap ISAF. Segera peringatan-peringatan itu menjadi lebih konkrit, kita akan menanggapinya segera,” kata Struck kepada suratkabar itu.
Ia mengatakan Berlin akan mempelajari kemungkinan mengirim pasukan ke Kundus untuk mengganti pasukan AS di sana guna melindungi para pekerja proyek bantuan sipil.
“Ini bukan perlindungan militer untuk satu daerah, dan juga tidak melakukan patroli, tapi hanya perlindungan militer terhadap individu, warga sipil yang membantu membangun rumahsakit-rumahsakit, sekolah-sekolah, pasokan air minum dan administrasi,” kata Struck kepada suratkabar tersebut.
“Untuk perlindungan seperti itu kita tentu perlu mengirim lebih dari 100 tentara ke Kundus,” tambahnya.
Struck mengatakan ia mengharapkan parlemen Jerman akan menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang menyerukan peran diperluas pasukan Jerman di Afghanistan.
Akan tapi ia menyatakan sebelum tentara Jerman bisa ditempatkan di Kundus, harus ada sebuah resolusi PBB untuk memperluas mnisi ISAF. Pada saat sekarang, mandat PBB untuk ISAF hanya untuk Kabul dan daerah sekitarnya.
Struck juga mengatakan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), yang dua pekan lalu memegang komando ISAF, juga akan memainkan peran penting dalam satu keputusan mengenai perluasan operasi ISAF.
Di Kabul, jurubicara ISAF Manfred Wittig membenarkan bahwa siaga keamanan “tetap tidak berobah yaitu pada tingkat tinggi” di tengah-tengah peringatan sekarang tentang kemungkinan serangan-serangan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada 7 Juni empat tentara Jerman tewas dan 29 lainnya cedera dalam serangan bom mobil bunuhdiri terhadap bus mereka ketika dalam perjalanan menuju bandara Kabul.
Serangan itu mengejutkan publik dan memicu perdebatan tajam tentang apakah pasukan Jerman yang bertugas di ISAF tidak diperlengkapi secara memadai.
Beberapa hari ini dilaporkan pasukan Taliban tengah kembali ke Afghan dan melakukan serangan terhadap pasukan sekutu dan pejabat boneka AS di negara itu.(ant)