Seorang analis politik asal Mesir, Prof Dr Sham El-Nasr, mengungkapkan, bahwa aksi serangan bom mobil dengan target warga AS di Riyadh, Arab Saudi, Senin malam lalu bisa makin meluas di Timur Tengah.
Menurutnya, aksi teror seperti itu akan terus berlanjut, karena menurutnya, aksi seperti itu dianggap sebagai balasan perlawanan terhadap cara AS dan Barat memperlakukan Islam selama ini.
”Aksi teror di Arab Saudi itu sebagai bagian dari jaringan perlawanan terhadap AS di kawasan Timur Tengah, kata Prof El-Nasr, di Kairo, Selasa kemarin.
Prof El-Nasr meyakini bahwa kelompok-kelompok garis keras di Timur Tengah pasca kejatuhan Baghdad, saat ini sedang melakukan konsolidasi kekuatan untuk apa yang disebutnya melawan standar ganda dan ketidakadilan AS.
”Mereka (kelompok garis keras) yang tersebar di berbagai negara Arab memberi sinyal kuat untuk melakukan aksi teror dengan target warga AS, tidak peduli apakah (warga AS) yang militer atau sipil,” katanya.
Menurutnya, timbulnya konsolidasi kelompok-kelompok garis keras di Timur Tengah itu bukan merupakan sebab, tetapi adalah akibat dari sikap politik AS, khususnya dengan kebijakan agresi militer ke Afghanistan dan Irak.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut El-Nasr, dengan jatuhnya rezim Saddam Hussein akibat serangan pasukan koalisi pimpinan AS, berbagai kelompok garis keras yang ada di Timur Tengah justru akan makin kuat karena terpacu untuk melakukan perlawanan. ”Mereka bukannya makin melemah atau takut dengan AS,” tegas El-Nasr. (Ant/cha)