Hidayatullah.com – Sebagai salah satu dari lima pilar Islam, Haji adalah sebuah kewajiban bagi semua Muslim yang mampu secara fisik dan finansial untuk setidaknya melakukan satu kali dalam hidup mereka. Tahun ini, kementerian Haji kerajaan mengatakan ritual itu terbuka hanya untuk individu dari berbagai kewarganegaraan yang tinggal di Arab Saudi lapor Al Jazeera.
Dalam konferensi pers virtual beberapa hari lalu, Menteri Haji Mohammad Benten mengatakan pemerintah masih dalam proses meninjau kembali jumlah jamaah yang diizinkan berhaji, dengan mengatakan “sekitar 1.000, mungkin kurang, mungkin sedikit lebih”.
“Jumlahnya tidak akan mencapai puluhan atau ratusan ribu” tahun ini, tambahnya.
Menteri Kesehatan Tawfiq al-Rabiah mengatakan tidak seorang pun di atas umur 65 tahun dengan penyakit kronis yang diizinkan untuk melaksanakan Haji.
Apa protokol kesehatannya?
- Jamaah akan diuji untuk virus corona sebelum tiba di kota suci Makkah dan akan diminta untuk melakukan karantina di rumah setelah berhaji.
- Mengenakan masker wajah setiap saat akan diwajibkan baik bagi para jamaah maupun panitia Haji.
- Menyentuh atau mencium Ka’bah akan dilarang selama Haji tahun ini, dan jarak satu setengah meter antar jamaah selama ritual Haji termasuk ketika sholat berjamaah dan ketika berada di sekitar area Ka’bah akan diberlakukan, menurut pernyataan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC).
- Sholat berjamaah akan diizinkan, namun jamaah diharuskan mengenakan masker wajah dan menjaga jarak fisik.
- Selain itu, akses ke situs-situs suci di Mina, Muzdalifah dan Gunung Arafah akan terbatas pada mereka yang memiliki izin Haji mulai hari Minggu 19 Juli hingga 2 Agustus.
Pernahkah ini terjadi sebelumnya?
Ini adalah pertama kalinya dalam hampir 90 tahun sejarah Arab Saudi pengunjung asing dilarang melakukan haji. Haji pernah dibatalkan karena perang dan epidemi pada masa lalu, namun tidak pernah sejak berdirinya Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.
Apa respon terhadap itu?
Respon terhadap keputusan Arab Saudi ini beragam. Mulai dari kekecewaan, kelegaan hingga penerimaan. Sebelum pengumuman oleh pemerintah, Indonesia, Malaysia, Senegal dan Singapura telah melarang warganya untuk melakukan Haji tahun ini karena kekhawatiran virus corona.
“Harapan saya untuk pergi (ke kota suci Makkah) begitu besar,” Kamariah Yahya, 68 tahun, dari Indonesia, mengatakan kepada kantor berita AFP.
“Saya sudah mempersiapkan diri selama bertahun-tahun. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Ini adalah kehendak Allah – takdir.”
Shahadat Hossain Taslim, kepala kelompok yang mewakili agen perjalanan haji Bangladesh, mengatakan “banyak orang akan hancur” oleh keputusan itu, tetapi itu untuk yang terbaik. “Tidak seperti negara lain, mayoritas calon jamaah Haji dari Bangladesh adalah orang tua, dan mereka rentan terhadap COVID-19,” katanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pakistan, yang biasanya mengirim hampir 180.000 jamaah, mengatakan para diplomatnya di Arab Saudi akan mewakili negara itu selama ziarah tahun ini. Di negara tetangga India, menteri urusan minoritas mengatakan lebih dari 200.000 orang telah mendaftar Haji pada tahun 2020, dan bahwa mereka akan menerima pengembalian uang penuh dari semua uang yang disetor untuk itu.
Mohamad Azmi Abdul Hamid, dari badan amal Dewan Konsultatif Organisasi Islam Malaysia, mengatakan negara-negara Muslim seharusnya diizinkan untuk mengambil “keputusan kolektif”, alih-alih diserahkan ke Riyadh.*