Hidayatullah.com– Menjalankan ibadah haji membutuhkan pengorbanan yang besar. Bukan cuma oleh jamaah haji, tapi juga bagi petugas haji. Itulah yang lumrah terjadi selama ini.
Pada musim haji tahun 1440H/2019M ini pun, kisah perjuangan dan pengorbanan dalam ibadah haji kembali mencuat. Salah seorang petugas haji Indonesia, misalnya, harus berjalan kaki sejauh rata-rata 15 kilometer setiap harinya di Tanah Suci.
Waktu hampir menunjukkan tengah hari, jelang waktu shalat Jumat di Masjid Nabawi, Madinah, Jumat (19/07/2019) itu. Salah seorang petugas Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (P3JH) sedang duduk di pos sektor khusus yang terletak di pintu 21 Masjid Nabawi.
Namanya Herlambang Antonian, sebagaimana yang tertera di seragamnya. Raut lelah menghiasi wajahnya. Rupanya, ia baru saja selesai menjalankan tugas.
“Baru habis antar jamaah tadi,” ujarnya seraya meneguk sebotol air mineral yang mulai terasa hangat karena cuaca di sekitar Masjid Nabawi mencapai 43 derajat celsius.
Yang dimaksud adalah jamaah calon haji asal Indonesia. Memang, salah satu tugas Herlambang adalah mengantar para jamaah yang terpisah dari rombongannya. Situasi ini memang sering terjadi di sekitar Masjid Nabawi.
Baca: Lelahnya Perjalanan dari Madinah “Hilang” Saat Jamaah Tiba di Makkah
Herlambang bertutur, berbagai cara antisipasi dan penanganan sudah dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), salah satunya dengan membentuk divisi P3JH. Ia tergabung di dalamnya.
“Sebenarnya banyak tugasnya. Namanya juga pertolongan pertama pada jamaah haji atau P3JH. Kita tolong, baik itu medis atau non-medis,” ujarnya pekan kemarin dikutip Media Center Haji (MCH) Kementerian Agama, Senin (22/07/2019).
Untuk pertolongan non-medis, biasanya Herlambang mengantar jamaah yang terpisah dari rombongannya di Masjid Nabawi. Dalam sehari, dengan waktu tugas selama 8 jam, dia mengaku bisa mengantar jamaah sebanyak 20 orang.
“Itu saya pribadi yang anter. Belum teman-teman yang lain. Kalau dihitung-hitung, totalnya mencapai 50 hingga 100 orang,” ungkapnya.
Bahkan rata-rata dalam sehari dia berjalan kaki sejauh 15 kilometer untuk mengantar jamaah nyasar untuk kembali ke hotelnya. Menggendong jamaah pun biasa dilakukannya. “Paling jauh itu saya pernah sampai 19 km. Itu saya hitung pakai handphone, Mas,” ujarnya.
Baca: Petugas Haji Tiba di Tanah Suci, ‘Semoga Mabrur Bertugas & Beribadah’
Ia pun mengaku menjalankan tugas secara ikhlas karena Allah. “Saya ikhlas agar jamaah bisa menjadi haji mabrur,” ungkapnya.
Ada sebuah kejadian yang membuatnya terharu sampai menangis. Suatu saat, seorang bapak terpisah dari rombongannya mulai selepas subuh di Masjid Nabawi sampai pukul 10.00 waktu Arab Saudi.
Herlambang pun mengantarnya. Namun bapak tadi tampaknya tak ingat lagi dimana hotelnya. Herlambang pun mesti mendatangi sejumlah hotel.
“Di hotel ketiga, baru ketemu. Dia ketemu istrinya. Istrinya langsung nangis. Saya ikut nangis, Mas. Ini sampai saya rekam di handphone saya,” ungkapnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Baca: Tukang Becak Naik Haji: Tak Pernah Patok Tarif, Nabung Sejak 2004
Direktur Bina Haji Kementerian Agama, Khoirizi Dasir, mengatakan bahwa 60 persen jamaah haji Indonesia masuk pada golongan lansia (berusia di atas 65 tahun) dan 54 persen perempuan pada musim haji tahun ini.
Oleh karena itu, petugas haji diminta untuk bertugas secara disiplin, memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan kepada para jamaah.
“Ini semua adalah masalah yang akan kita hadapi, tetapi jangan ini dianggap beban, justru jadikan tantangan sehingga teman-teman bisa semangat untuk bekerja,” ujar Khoirizi berpesan kepada PPIH Arab Saudi Tahun 1440H/2019M yang diberangkatkan pada Kamis (04/07/2019) lalu.
Sebanyak 446 petugas haji non-kloter yang bertugas di Kantor Urusan Haji, Daerah Kerja (Daker) Madinah, Bandara, termasuk petugas kesehatan. PPIH terdiri dari unsur Kementerian Agama, TNI, Polri, dan Kementerian Kesehatan.*