Hidayatullah.com—Pada hari Sabtu (20/10/2018) INSISTS Saturday Forum (INSAF), menghelat kajian spesial seputar filsafat Islam. Tajuk yang diangkat pada momen istimewa ini adalah “Worldview Islam sebagai Framework Kajian Filsafat Islam”.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi yang sangat berkelas ini: Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi.
Pada momen itu, anak pendiri Pondok Pesantren Modern Darussalam –Gontor Ponorogo, KH. Imam Zarkayi ini membahas beberapa poin: problem kajian filsafat orientalis, memahami Worldview Islam, Worldview Islam sebagai bangunan konsep serta hubungan Worldview Islam dan filsafat Islam.
Cendekiawan Muslim yang akrab disapa Gus Hamid ini mengawali pemaparannya dari kasus plagiasi terhadap makalah nya.
Selain itu, ia juga menyampaikan pengamatan bahwa di hampir seluruh kampus Indonesia, silabus atau kurikulumnya –utamanya dalam bidang filsafat Islam– mengikuti framework (kerangka berpikir) orientalis.
Menurut Hamid, hampir di seluruh universitas di Indonesia mengamini bahwa filosof Islam pertama adalah Al-Kindi, mencapai puncak pada Al-Farabi dan Ibnu Sina kemudian diserang Ghazali kemudian dibangkitkan lagi oleh Ibnu Rusyd. Padahal sosok seperti Abu Hasan Asy’Ari, Ghazali dan Zamakhsyari Rahimahumullah pandangan-pandangannya mengandung pemikiran filosofis yang menunjukkan bahwa mereka terpengaruh orientalis.
Terkait orientalisme, menarik sekali apa yang ditulis oleh Edward Said, ada tiga kelemahan cukup serius dari kajian mereka, yaitu: memahami Timur dengan pengalaman Barat; menghasilkan gambaran yang salah tentang kebudayaan Arab dan Islam serta meski kajian mereka tampak objektif tapi bertujuan politik.
Pada umumnya, cendekiawan Barat memandang sebelah mata filsafat Islam. Sebut saja seperti Peter F.E., Ueberweg, De Boer, Gustavee E., M.W. Watt, Joseph van Ess, Michael Cook mengingkari adanya sistem, konsep dan pemikiran rasional dalam Islam. Lebih jauh lagi, pemikiran rasional (filsafat) hanya dimiliki oleh Yunani.
Tudingan mereka jelas berlebihan. Tidak ada bukti kuat bahwa para mutakallimin belajar filsafat dari pemikiran Yunani. Teori atom (nadhariyah jauhar) para mutakallim pun berbeda dengan teori atom filsafat Yunani.
Lalu, benarkah filsafat Yunani rasional? Padahal, filsafat Yunani dipenuhi dengan mitologi. Menarik apa yang dikatakan oleh Oliver Leaman yang intinya ushul fiqih berperan penting dalam melahirkan filsafat Islam.
Baca: Syarat Belajar Filsafat Harus Miliki Pemahaman Al-Quran dan Hadits
Tidak mengherankan jika kemudian oleh mereka framework dan nomenklatur filsafat Islam dinisbatkan pada Yunani sehingga konsekuensinya menganggap konsep-konsep dan sistem pemikiran dalam Islam berasal dari dan didominasi oleh pemikiran asing. Anehnya, oleh mereka tak dijelaskan dominasinya dan tak diterangkan pula sistem apa saja yang didominasi filsafat Yunani.
Bila diperhatikan secara saksama, framework, nomenklatur dan konsekuensi konseptual pemahaman orientalis merupakan hasil cara pandang terhadap Islam yang tidak lengkap, parsial dan subyektif.
“Padahal,” kata Gus Hamid, “untuk menjelaskan sebuah konsep dalam Islam diperlukan suatu framework berpikir yang berbasis pada cara pandang (worldview).”
Setelah membahas pandangan orientalis tentang filsafat Islam, cendekiawan jebolan ISTAC ini membahas Worldview Islam. Ada banyak definisi diungkapkan, salah satunya adalah menurut Prof. Ninian Smart yang mendefinisikan worldview (pandangan hidup) sebagai: “Kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral.” Kemudian, dibahas juga tentang Worldview Islam sebagai bangunan konsep, kronologinya hingga worldview menjadi filsafat Islam serta hubungannya antara keduanya.
Acara yang dipadati banyak peserta ini semakin hangat dan menarik ketika pada sesi pertanyaan para peserta menyodorkan pertanyaan-pertanyaan kritis. Dan semuanya bisa dijawab dengan mudah oleh Gus Hamid.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Seusai tanya jawab, pada pukul 12 lebih sepuluh menit, kajian ini pun ditutup dengan khidmat.
Dari kajian menarik ini, ada beberapa kesimpulan yang penting dicatat:
Pertama, Islam adalah pandangan hidup yang mempunyai konsep-konsep kunci berasal dari dalam tradisinya sendiri yang berbeda dengan pandangan hidup agama dan budaya lain.
Kedua, Jika konsep-konsep dalam pandangan hidup Islam itu dikumpulkan, akan menjadi asas epistemologi bahkan bisa dijadikan framework kajian berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam.
Ketiga, ketika pandangan hidup dipahami secara filosofis ia menjadi sistim filsafat Islam.
Keempat, memahami filsafat dari pandangan hidup Islam berarti memahaminya dengan pendekatan sistemik.
Kelima, sistem filsafat Islam dapat digunakan untuk memahami sistem-sistem filsafat lain seperti Barat, bahkan bisa juga untuk mengkritik dan mengadapsi konsep-konsep asing ke dalam millieu filsafat dan pemikiran Islam.*/MB Setiawan (Jakarta)