Hidayatullah.com–Konsulat Jenderal RI (KJRI) Jeddah, Arab Saudi, menemui kesulitan untuk mengungkap identitas seorang WNI Overstayer (WNIO) yang menderita stroke, karena tidak mempunyai identitas sama sekali.
“Bicaranya gak jelas. Dia hanya bisa ngangguk dan geleng-geleng. Akhirnya saya bikin tulisan di kertas. Saya tanya: Filipin? Dia geleng-geleng. Indonesia? Dia ngangguk-ngangguk,” tutur Ainur Rifqie Madanie, Pelaksana Fungsi (PF) Konsuler-3 KJRI dalam rilisnya kepada hidayatullah.com.
Parahnya lagi, akibat penyakit tersebut, perempuan misterius ini tidak bisa berbicara dan mengalami kesulitan mengingat identitas dirinya. Bagian tubuhnya yang sebelah kanan lumpuh.
Keberadaan perempuan di rumah sakit ini diketahui setelah KJRI menerima Nota Diplomatik dari Kementerian Luar Negeri Cabang Tarhil (rumah detensi imigrasi) Syumaisi No. 1685 S tertanggal 29/8/1439H. Nota tersebut menyampaikan adanya seorang WNI undocumented yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Al Shagar.
Pihak rumah sakit menyebutkan, perempuan tidak beridentitas ini ditemukan dalam keadaan sekarat di jalan. Ia kemudian dibawa ambulans ke Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit King Fahd dan dirawat di rumah sakit itu selama dua tahun. Selanjutnya, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Al Shagar.
Karena tidak diketahui identitasnya, perempuan ini akhirnya diberi nama “‘Aminah’ Shagar” merujuk ke nama rumah sakit, tempat dua dia dirawat selama dua tahun terakhir.
Tim perlindungan KJRI Jeddah mengunjungi RS Al Shagar sebanyak dua kali, yaitu tanggal 12 dan 18 Juli. Kepada Tim KJRI pejabat rumah sakit menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk jawazat (Imigrasi Arab Saudi) dan kepolisian untuk melakukan penelusuran data dan identitas ‘Aminah’. Namun, hingga kini data diri ‘Aminah’ tak kunjung terkuak meskipun telah diupayakan melalui pengambilan sidik jari.
Tim mencoba lagi menyingkap misteri diri ‘Aminah’ dengan beberapa pertanyaan seputar daerah-daerah di Tanah Air untuk menelusuri dari mana sebenarnya dia berasal. Beberapa bahasa daerah termasuk Bahasa Sunda, juga digunakan meski dijawab dengan ucapan yang sulit dimengerti.
“Bandung?” tanya Rifqie.
‘Aminah’ mengangguk, pertanda ia berasal dari kota itu. Jadi, untuk sementara Tim Perlindung berkesimpulan ‘Aminah’ berasal dari Bandung, Jawa Barat.
“Hampir di setiap kesempatan, kami selalu mengimbau kepada masyarakat, baik yang legal maupun undocumented (ilegal) agar membawa identitas ke manapun pergi. Entah itu kopi paspor, KTP, SIM, Iqamah, atau identitas diri lainnya. Jangan sampai mengalami kasus seperti ibu ‘Aminah’ ini. Tidak sulit menyelipkan secarik kertas di kantong,” ujar Konjen.
Seiring dengan kondisi ‘Aminah’ yang kian membaik, KJRI melakukan komunikasi dengan pihak Tarhil (rumah detensi imigrasi) di Shumaisi, yang intinya meminta agar ‘Aminah’ dipulangkan ke Tanah Air.
Pada 19 Juli, KJRI menyerahkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) atas nama ‘Aminah’ Shagar kepada pihak Tarhil.
KJRI juga berencana menyiapkan pendamping bagi ‘Aminah’ pada saat kepulangan nanti, atas pertimbangan bahwa dia kemungkinan besar harus menggunakan stretcher.
Pada tanggal 23 Juli, Tim Perlindungan kembali menemui pejabat Tarhil untuk melakukan pembicaraan terkait mekanisme pemulangan ‘Aminah’. Pada kesempatan itu, Tim memohon kepada pihak Tarhil untuk menyediakan tiket pesawat, mengingat ‘Aminah’ masih berstatus sebagai tahanan Tarhil.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tarhil Shumaisi menyampaikan kepada KJRI bahwa pihaknya tengah memroses administrasi ‘Aminah’ dan akan menyampaikan perkembangannya ke KJRI terkait kepastian jadwal pemulangan ‘Aminah’ ke Tanah Air.
Selanjut, KJRI menyampaikan permohonan kerja sama kepada Direktorat Perlindungan WNI dan BHI dan pihak-pihak terkait di Tanah Air (Kemenaker, Kemsos dan Kemkes) untuk turut membantu penanganan ‘Aminah’ pada saat tiba di Indonesia, yaitu terkait perawatan lanjutan bagi ‘Aminah’ penelusuran alamatnya di daerah, agar dia bisa disatukan kembali dengan keluarga di kampung halamannya.
Diketahui, dalam sebulan ini, KJRI Jeddah menangani tiga orang WNI penderita stroke, yang semuanya adalah perempuan. Mereka adalah Usniyah Muhammad (UM) asal Bangkalan (telah dipulangkan), Siti Nuraini Binti Rasyid Sadili asal Tangerang, Banten (dalam perawatan) dan Ms. “X” (dalam perawatan) yang kemudian diberi nama ‘Aminah’ Shagar, mengingat identitas dirinya hingga kini masih misterius.*