Hidayatullah.cm–Majelis Intelektual dan Ulama Muda (MIUMI) cabang Pasuruan bekerjasama dengan Jam’iyyah Aswaja Pandaan-Pasuruan mengadakan Daurah ‘Kaderisasi Ahlus Sunnah’ di Musholla PP. Aqdamul Ulama Pandaan selama enam pertemuan secara rutin tiap bulan.
Daurah yang diselenggarakan Jum’at malam (13/03/2015) ini dibuka dengan menggelar kajian ilmiah dengan tema “Aqidah Syiah menurut Ahlus Sunnah.”
Kajian ilmiah ini menghadirkan dua narasumber yaitu Ustadz Qusyairi Ismail, Ketua MIUMI cabang Pasuruan (pengajar PP. Sidogiri Pasuruan) dan Ustadz Kholili Hasib (Peneliti InPAS).
Hadir pada acara tersebut para guru aktivis dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak saja dari berbagai daerah di sekitar wilayah Pandaan, namun ada juga dari daerah Lawang-Malang dan Mojokerto.
Dalam paparannya, panitia mengatakan tujuan kaderisasi Aswaja ini memberi pemahaman kepada dai-dai muda, khatib dan para ustadz tentang perbedaan akidah Ahlus Sunnah dengan Syiah.
Dalam paparannya, Qusyairi Ismail menyampaikan taka da manfaatnya berdialog dengan Syiah, apalagi berdebat permasalahan fikih atau haditsnya sebab baik fikih maupun hadits Syiah mereka akui tidak sama.
“Tidak aka nada manfaatnya,” ujarnya.
Oleh karenanya, pria kelahiran Bangkalan ini menganjurkan dalam berdialog dengan Syiah agar mempermasalahkan keyakinan Syiah terhadap al-Qur’an yang ada.
Sebab secara ideologis, Syiah meyakini bahwa Al-Qur’an Syiah berbeda dengan Al-Qur’an umat Islam. Hanya masalahnya, Syiah sangat rapi dalam menyembunyikan keyakinan terhadap Al-Qur’an yang ada.
Penulis buku berjudul “Skandal Al-Qur’an Syiah ini juga memaparkan bahwa umat Islam pernah ditipu oleh Syiah setelah istilah Revolusi Iran.
“Khumaeni sebagai tokoh sentral pada waktu itu dikatakan sebagai tokoh Revolusi Islam. Padahal, yang terjadi adalah Revolusi Syiah”, tegasnya.
Revolusi yang sesungguhnya menurutnya adalah revolusinya sahabat Abu Bakar Al-Siddiq. Sebab sepeninggal Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, Abu Bakar melakukan terobosan-terobosan menyiarkan agama Islam.
“Beliau memerintahkan semua Sahabat keluar dari Madinah untuk melaksanakan tugas perang diantaranya, mengutus Usamah bin Zaid ke Syam, Khalid bin Walid memerangi Musailamah al-Kadzdzab dan sisanya mengikuti Umar Ibn al-Khattab berkeliling Madinah.
Sehingga kota Madinah tidak menyisakan satu pun Sahabat laki-laki. Hal ini menimbulkan keengganan para Sahabat untuk meninggalkan kota Madinah, sebab di dalamnya terdapat istri-istri Rasul dan anak-anak kecil. Namun Abu Bakar bersih kukuh agar mereka semua keluar dari Madinah untuk melaksanakan kewajiban.
“Jika para Sahabat enggan keluar Madinah, khawatir umat Islam dibantai, maka Abu Bakar bersih keras agar umat Islam keluar melaksanakan perang demi Islam, “ tambahnya.
Di sinalah letak revolusioner seorang Abu Bakar yang tidakdimiliki orang lain, jika Islam dibantu, maka Allah akan umat Islam.
Sementara Kholili Hasib menjelaskan Syiah termasuk aliran yang diciptakan untuk merusak Islam dari dalam.
“Ilmu dalam Islam adalah melalui periwayatan yang sanadnya bersambung ke Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam melalui para Sahabat sebagai jalur pertama. Jika jalur sahabat dipotong dengan cara merusak menista Sahabat, maka jalur ilmu yang paling pertama itu terputus. Dengan demikian, Syiah akan mudah memasukkan ajaran-ajaran sesatnya dengan,” terangnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kholili menjelaskan, akibat dari itu semua konsep dalam ajaran Islam menjadi rancu. Definisi-definisi ajaran Islam menjadi berbeda seperti tentang konsep hadis dan al-Qur’an.
“Jika menurut Islam hadits adalah ucapan Rasul, maka bagi Syiah ucapan Ahlul Bayt juga merupakan hadits,” lanjutnya.
Menurut wakil sekretaris MIUMI Jatim ini bahwa pangkal kesesatan Syiah bersumber dari konsep Imamah.
Konsep imamah melahirkan pemahaman tentang Al-Qur’an, hadis, dan lain-lain yang berbeda dengan Ahlus Sunnah.
Kajian ini akan dilanjutkan dengan daurah kaderisasi yang dimulai pada bulan April 2015, yang direncanakan digelar secara rutin.*/M. Saad