Hidayatullah.com– “Menjaga Kesatuan NKRI, Membuka Mata Masyarakat tentang Ancaman Syiah.” Beginilah bunyi spanduk yang terpampang tepat di muka podium, pada acara seminar umum yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Hidayatullah (STISHID) Balikpapan, Sabtu (28/02/2015).
Bertempat di Masjid Istiqomah Balikpapan, Kalimantan Timur, acara ini sangat menyedot perhatian dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai kalangan mahasiswa, PNS, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya.
Terbukti dengan jumlah peserta seminar yang mencapai kurang lebih 900 peserta. Begitu pula dengan tema yang akan diulas pada seminar kali ini, mengambil topik pembahasan yang sedang hangat dibicarakan banyak orang, dan langsung menyangkut pada pembahasan aqidah dan syari’ah.
“Tak hanya masyarakat awam, kita sebagai santri saja bisa menjadi sasaran empuk Syiah, apalagi jika aqidah yang kita miliki masih setengah-setangah,” ungkap Lia Hariyati, salah seorang panitia, sembari menyodorkan daftar hadir bagi peserta seminar perempuan pagi itu.
Acara seminar ini juga menggandeng berbagai institut untuk bekerjasama atas kelancaran jalannya seminar ini. Yakni, Pemkot Balikpapan, perwakilan daerah (PD) Hidayatullah, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Balikpapan, dan Uayasan Dhoifah Balikpapan.
Acara dimulai pukul 08.30 WITA. Diawali beberapa sambutan dari pihak yang mendukung dan menyambut baik seminar tersebut. Sambutan pertama disampaikan oleh ustadz Kusnadi, M. Hum selaku Ketua Penyelenggara Seminar.
“Saya berharap atas terlaksananya seminar ‘ancaman Syiah’ ini (kita) dapat mengetahui lebih mendetail lagi tentang penyimpangan yang mereka rencanakan,” ujar Kusnadi.
Sambutan kedua dibawakan oleh HM Jaelani mewakili Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan. Jaelani juga turut mengacungkan jempol atas terlaksananya seminar ini.
“Momen-momen seperti inilah yang dapat menjadi ladang dakwah bagi kita untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan, yang mana itu juga menjadi tugas wajib seorang Muslim, yakni amar ma’ruf nahi munkar,” tukas Jaelani.
Dukungan Pemkot Balikpapan
Pada sambutan terakhir, moderator mempersilahkan Kabag Kesra Pemkot Balikpapan, Hasanuddin, yang diutus untuk menggantikan Walikota Balikpapan. Hasanudin pun sangat memberikan apresiasi atas terselenggarakannya seminar anti Syiah.
“Harapan saya atas berjalannya seminar ini adalah dapat bersatunya ukhuwah umat Islam khususnya di Indonesia ini. Agar dengannya kita umat Islam memiliki benteng pertahanan aqidah yang kokoh,” ujar Hasanuddin.
Pukul 09.00 WITA, Sugianto sebagai moderator acara mempersilahkan pemateri pertama, Prof Dr H Mohammad Baharun, SH, MA untuk mengulas materinya selama 45 menit ke depan.
Ini merupakan sesi inti bagi seluruh peserta seminar yang ingin memahami lebih dalam atas ancaman Syiah. Dalam penyampaiannya, Baharun memaparkan persoalan aqidah dan ancaman-ancaman yang semakin meningkat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Yang mana, katanya, kian waktu semakin banyak penganut ajaran Syiah yang sangat meresahkan masyarakat Indonesia ini.
“Saya katakan bahwa Syiah bukanlah agama islam. Syiah sesat,” tandas Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat ini menggebu-gebu.
Baharun menjelaskan, kelihaian pergerakan Syiah di Indonesia, selain karena aqidah umat Islam yang belum kokoh, juga penyamarannya dalam merekrut kader Syiah.
Mereka, katanya, akan menyanggah ketika dituduh sebagai Syiah yang sesat. Mereka malah balik mengaku bahwa Syiah yang mereka anut tidak seperti ini dan itu, namun Syiah kami benar.
Padahal sekali lagi, tegas Baharun, Syiah yang kini telah menyebar di Indonesia adalah sesat.
Disela-sela penyampaiannya, Baharun juga memperkenalkan buku panduan yang telah diterbitkan oleh MUI pada Maret 2014 lalu, berjudul Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia.
Peta Syiah
Pemateri kedua adalah Ustadz Nurul Azmi Al-Banjary, yang memaparkan ulasan-ulasan tentang penyimpangan Syiah selanjutnya. Ustadz Nurul menjelaskan tentang penyimpangan Syiah mulai dari dasar yakni mengapa Syiah itu berbahaya.
Hal ini, jelasnya, terjadi karena mereka meyakini adanya imamah, yang mana keberadaan Islam belum sempurna sebelum ada 12 imam (setelah Nabi SAW).
Yang lebih sesatnya lagi, jelas Ketua Komunitas Pecinta Ahlul Bait dan Sahabat Nabi SAW tersebut, Syiah menganggap bahwa imam-imam mereka maksum.
“Syiah menganggap bahwa orang-orang Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) adalah kafir. Syiah sekarang sedang mempersiapkan diri untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Syiah, dan disaat mereka kuat siap-siap kita akan di bantai oleh mereka,” ungkap ustadz Nurul Azmi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pemateri selanjutnya, Ustadz Bahrul Ulum, menayangkan slide power point yang menampilkan peta letak persebaran Syiah di Indonesia. Bahrul pun mengungkap berita dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang banyak dari anggotanya yang sekarang sedang menggandruni ajaran sesat Syiah.
Diulas juga beberapa kelicikan Syiah terhadap kaum muslimin di dunia ini yang semakin meresahkan masyarakat.
“Target Syiah adalah mereka tidak akan pernah berhenti sebelum menguasai tanah Haram (Mekkah dan Madinah),” papar Bahrul selaku wartawan senior majalah Suara Hidayatullah.
Sesi selanjutnya adalah materi diskusi berupa pertanyaan dari para peserta yang dijawab langsung oleh ketiga pemateri secara bergantian.
Tepat pukul 11.45 WITA, seminar yang kedua kalinya di Balikpapan ini –setelah sebelumnya di Masjid Namiroh Balikpapan– segera ditutup oleh moderator, mengingat waktu shalat Dzuhur kurang 30 menit lagi.
“Saya sangat bersyukur pada Allah atas terlaksanakannya seminar ini dan terima kasih juga atas bantuan teman-teman panitia yang lain,” timpal Baso Zulfikar selaku Ketua Panitia dalam acara seminar tersebut sembari tersenyum lega.
Rika, salah satu peserta seminar ini, merasa sangat bersyukur atas keikutsertaannya dalam seminar ini.
“Saya akan jeli sekarang dalam menilai sebuah ajakan apalagi itu besifat memaksa, takutnya kalau tiba-tiba Syiah, nah loh,” ungkap wanita yang kini berprofesi sebagai perawat di Kampung Baru, Balikpapan.* R Hudayani/mahasiswi, peserta klub jurnalistik STIS Hidayatullah