Hidayatullah.com–Persoalan keumatan yang semakin kompleks, membutuhkan lebih banyak langkah nyata Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Sinergi LDK se-Indonesia diharapkan bisa menuntaskan tugas dakwah yang masih tersisa.
Hal itu disadari oleh Aktivis Dakwah Kampus (ADK) wilayah Jakarta, Depok, Bekasi (Jadebek), Priangan Barat (Pribar) dan Banten. Pada Ahad, 7 Desember 2014, ketiganya melakukan Sarasehan ADK Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) di Aula Maftuchah Yusuf, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
“Kami sadar, Jadebek, tidak mungkin berperan sendiri. Sehingga ketika ada isu tentang umat Islam, kita yang harus pertama kali bergerak,”ulas Ahmad Hidayat, Ketua Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) Jadebek. Pihaknya menyadari, lokasi Puskomda masing-masing, dekat dengan pusat pemerintahan.
Apalagi kenaikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur Jakarta, merupakan isu yang sedang marak dibicarakan. Kepemimpinan Jakarta, lanjut Ahmad, belum ideal.
“Karena dipimpin oleh pemimpin yang bukan muslim. Apalagi di Jakarta, kemaksiatan luar biasa berkumpul disini walaupun segala kebaikan juga berkumpul disini. Itu jadi perhatian kita juga,”ungkap mahasiswa jurusan Sastra Inggris, UNJ itu.
Dukungan dari Puskomda terdekat, seperti Pribar dan Banten, diharapkan memunculkan gerakan yang lebih luas dan efektif.
Hal itu memungkinkan terjadi. Dibawah naungan Puskomda Jadebek saja, terdapat 110 LDK yang sudah terdata. “Jika satu LDK minimal memiliki setidaknya 30 anggota, maka sudah 3300 orang yang bisa kita ajak bekerja,”ulas pria yang memasuki tahun kedua menjabat ketua Puskomda. Tidak menutup kemungkinan ada LDK yang belum terdata dengan jumlah anggota lebih dari 30 orang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Jika dikumpulkan dengan visi dakwah yang sama, gerakan kita akan luar biasa,”tandas Ahmad.
Ketika seluruh LDK bersinergi, rancangan kerja akan lebih cepat diwujudkan.
“Kita bisa saling bantu ketika ada event, butuh data dan gerakan massif dalam menyikapi isu-isu keumatan,” terang Ahmad yang juga menceritakan demo tahun 2013 di depan Kementrian Kesehatan RI untuk menolak pembagian kondom gratis.*