Sambungan artikel PERTAMA
Kita sudah merasa tenteram dengan aqidah kita itu. Namun, rupanya kaum zending dan misi Kristen, dengan belanjaan berjuta dollar dari luar negeri – dari negeri Belanda, Jerman Barat, Inggris dan Amerika, mereka datang kemari membonceng Pancasila. Mereka terima Pancasila, tetapi bukan seperti yang kita pikirkan selama ini bahwa Allah itu Esa adanya.
Dengan membonceng Pancasila mereka menyebarkan ajaran pengganti laa ilaaha illallaah, dengan mengeluarkan uang berjuta poundsterling dan dollar mereka hendak menukar Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tafsiran menurut ajaran mereka, yaitu “tidak ada Tuhan melainkan tiga, dan tiga itu ialah satu”. Allah Bapak itu ialah Yesus, dan Yesus itu ialah anak, dan anak itu ialah Bapak.
Untuk itu tumpah ruahlah pendeta-pendeta kulit putih datang kemari. Bapak pakai jubah atau pakai dasi, baik fater maupun domine, baik dari AS maupun dari Jerman. Kalau perlu mereka tidak keberatan menjadi warga negara Indonesia. Mereka minta hak sepenuhnya, demi Pancasila. Mereka minta dihormati sama dengan menghormati menteri-menteri kita, demi Pancasila. Mereka minta tanah walaupun di tengah-tengah kampung orang Islam yang berketuhanan Yang Maha Esa sejati, demi Pancasila.
Menurut keyakinan mereka, agama Islam ini belum sah. Kita masih kafir kalau kita belum mengakui bahwa Nabi Isa adalah Tuhan. Bahwa Nabi Isa adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia. Dia Bapak dan Dia Anak. Kita masih belum beragama kalau kita masih mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah khatimul anbiya wal mursalin. Kita belum beragama kalau kita masih percaya kepada Al-Qur’an dan belum menukarkannya dengan Perjanjian Lama. Sebab itu, penafsiran kita tentangan Ketuhanan Yang Maha Esa, dasar pertama dari sila yang lima adalah tafsiran yang salah. Menurut mereka, sekali menurut mereka, pendeknya apabila mereka menyebarkan agama mereka di sini sebagai zending atau misi, dan yang jadi sasaran tentu umat Islam. Sebab, bagi mereka Islam adalah bahaya besar. Bahaya itu ialah karena ajaran Islam tak mau menerima penjajahan.
Seluruh dunia sekarang tahu betapa besarnya keruntuhan peradaban dan kebudayaan Barat di zaman sekarang, yang ktia namai dunia Kristen. Agama Kristen itu sendiri telah di-konsinyirdalam gereja belaka. Bertambah bebas orang Barat berpikir, bertambah mereka lari dari agama mereka. Kebejatan moral meningkat. Kapitalisme tidak terkendalikan lagi oleh Kristen, dan komunisme timbul di dunia Barat. Zending dan misi tidak berusaha memperbaiki umat Kristen Barat sendiri yang telah runtuh iman agamanya, yang telah berlombamembuat bom atom dan bom hidrogen untuk memusnahkan manusia. Mereka bekerja keras dengan segala daya upaya, yang dapat dinamai lanjutan Perang Salib, untuk mengkristenkan negeri-negeri Islam. Mereka gagal di Afrika, lalu mereka tumpahkan tenaga ke Indonesia. Mengapa ke Indonesia? Jawabannya mudah saja, ‘sebab ia Islam’.
Sebuah kampung orang Islam. Di sana terdapat seorang China tua, yang diberi sebutan ‘si Apek’, dibujuk masuk Kristen, lalu berulang-ulang datang pendeta ke pondoknya. Ia pun masuk Kristen. Mulanya dipasang di depan rumahnya papan nama ‘Gereja Baptist’. Orang Islam kiri kanan diam saja. Apalagh salahnya kalau hanya si Apek! Namun, beberapa bulan kemudian pondok si Apek telah diperbaiki. Kian minggu kian bertambah si Apek si Apek lain, dan penduduk dari tempat lain datang sembahyang ke pondok si Apek. Beberapa bulan kemudian rumah si Apek diperbesar. Rupanya jadi gereja.
Di Meulaboh dicobakan pula yang demikian. Namun, rupanya penjunjung Tuhan Yang Maha Esa sejati umat Islam Meulaboh menantang kelakuan yang sudah keterlaluan itu. Mereka toleran. Namun, mereka tidak ridha kalau di tempat yang penduduknya orang Islam, di kampung Islam orang mendirikan gereja.
Di waktu itu pihak zending dan misi ribut. Sampai Simorangkir cs., mengajukan interpelasi di DPR, kata mereka pelarangan gereja di Meulaboh melanggar Hak Asasi Manusia.
Beberapa pemuda alat zending dan misi, ketika orang laki-laki tidak di rumah, di antara pukul 9.00 dan 11.00, mereka datang ke rumah-rumah orang Islam membawa buku-buku Kristen dan majalah Kristen, menyuruh beli, menyuruh baca. Kadang-kadang membujuk-rayu, kadang-kadang setengah paksa menyuruh beli. Mereka diberi jawaban bahwa kami orang Islam, tetapi mereka tidak juga puas. Lalu, mereka mulai propaganda tentang perang ‘Armagedon’ bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali ke dunia. Karena membuat bising penghuni rumah sebab mereka teguh memegang agama Islam, cuma tidak pandai berdebat, propaganda itu diusir.
Ketika akan meninggalkan pekarangan ia menggerutu, ia menuduh nyonya rumah yang suaminya tidak ada di rumah itu melanggar Hak Asasi Manusia.
Adakah saudara mengenal seorang ulama besar di Jakarta bernama K.H. S.S. Djam’an? Yang mendirikan sebuah Pendidikan Islam di Tanah Tinggi, Jakarta?
Pada suatu malam beliau mengadakan pengajian, beliau mengupas dan menafsirkan ayat Al-Qur’an, surah ke-18, al-Kahfi:4-5,
وينذر الذين قالوا اتخذ الله ولدا. ما لهم به من علم ولا لآبائهم، كبرت كلمة تخرج من أفواههمإن يقولون إلا كذبا
“Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, ‘Allah mengambil anak.’ Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek-moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.” (al-Kahfi:4-5).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kiai Djam’an yang sudah seumur hidup jadi guru Islam dan muballigh, dengan sepenuh iman menerangkan pokok sendi kepercayaan Islam itu. Karena menafsirkan ayat itu, ia mengalami satu kejadian yang selama hidupnya tidak pernah dialaminya. Beberapa saat setelah beliau memberikan penerangan itu, rumah beliau dikepung oleh beberapa pemuda Kristen yang galak dan gagah berani. Beliau dituduh dengan membuka tafsir ayat itu, berarti beliau anti-Pancasila. Laa ilaaha illallaah. Membela ke-Esa-an Tuhan mendapat tuduhan anti-Pancasila? Tidak cukup hanya itu saja. Beberapa saat kemudian beliau didatangi oleh seorang pendeta, dan terjadilah dialog.
Guru Djam’an mempertahankan pendiriannya bahwa itu adalah pokok ajaran Islam, Tuhan tidak beranak, siapa yang mengatakan Tuhan beranak adalah bohong. Adapun dalam hal membela Pancasila, terutama kami orang Islam adalah pembela Pancasila, seluruh jiwa raga telah kami berikan untuk membela Pancasila.*>>> (BERSAMBUNG) Pertama | Kedua | Ketiga