Hidayatullah.com | Hubungan suami istri di sampaing sebagai saana untuk rekreari juga berfungsi untuk prokreasi. Prokreasi adalah usaha untuk mendapatkan keturunan atau memproduksi anak. Hal ini dilakukan sedari awal dengan kehalalan akad nikah yang dilanjutkan dengan hubungan suami istri yang halal pula.
Terlebih dahulu, usaha yang hendak dilakukan haruslah mendapatkan keridhaan Allah. Sebab setan tidak mau lepas dari mengganggu manusia, kapan dan dimana saja. Momentum senggama suami istri besar kemungkinan kemudhdaratan jika tidak melibatkan dan menyertakan Allah yang Maha Kuasa. Karena gol dari hubungan suami istri adalah mendapatkan keturunan. Maka sudah sewajarnya kita berharap kepada Allah, sebagaimana dalam firmannya.
فَٱللَّهُ خَيْرٌ حَٰفِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
“Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang.” (QS: Yusuf 64).
Perhelatan hubungan suami istri yang didahului dengan niat yang tulus dengan penuh keridhaan itu, tentu harus dilakukan dengan empat hal:
Pertama, diusahakan dengan maksimal di tempat yang khusus dan tak di ruang terbuka.
Kedua, berdoa dan terus berdzikir.
Ketiga, bersegeralah untuk selau menutup aurat jangan sampai terlihat sedikit pun oleh setan.
Keempat, selalu membimbing dan mengimunisasi sel telur yang bertemu dengan dzikir dan selalu berbuat kebaikan.
Perihal di atas tentu dengan bimbingan dan dorongan yang diniati dengan ketulusan dan keikhlasan keduanya.
بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.”
Mengapa hal ini dilakukan? Karena dorongan libido manusia yang amat kuat dengan relaksasi nikmatnya hubungan suami istri yang bisa melalaikan manusia dari ingat kepada Allah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Maknanya sedari awal kita harus benar-benar bisa menjalani dan menjauhkan diri dari keterlibatan setan dengan mengganti sekuat tenaga Allah dilibatkan dalam membentuk genarasi.
Tahap berikutnya untuk mengimunisasi anak dan jauh dari setan yang terus mengiringinya adalah dengan memberikan nama terbaik. Unsur nama itu pun harus punya value doa dan keberkahan hidup si anak.
Menyertai nama terbaik yang bermakna doa dan keberkahan itu; imun berikutnya adalah menyelenggarakan khitan di hari ketujuh sekaligus aqiqah. (diambil dari buku Imunisasi Anak Cara Islam, penulis Ahmad Syarifuddin)