Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
ANAK-anak yang tidak mengalami krisis identitas itu adalah mereka yang sebelum memasuki masa remaja telah memiliki orientasi hidup yang benar, tujuan hidup yang jelas, dan nilai-nilai yang kuat.
Ada yang perlu kita sampaikan dan renungkan kepada semua orangtua termasuk anak-anak dengan menyitir sebuah hadits dan sekaligus mengingatkan shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Tak ada lagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak yang sholeh mendoakan kedua orangtuanya.
Untuk bisa berbuat demikian anak keturunan kita haruslah terdidik dengan amalan-amalan sholihah agar menjadi pribadi yang sholeh.
Untuk bisa menjadi pribadi yang sholeh maka harus bertindak sesuai dengan tuntunan iman yang kuat agar menjadi pribadi yang muttaqin.
Ada kebutuhan psikis anak yang harus kita perhatikan. Jika kebutuhan ini tak terpenuhi, maka temannya akan lebih berpengaruh daripada orangtua maupun guru.
Jika kebutuhan tersebut hanya terpenuhi di rumah, maka orangtua akan menjadi figur yang berpengaruh, tetapi anak masih cukup mengkhawatirkan di sekolah. Pengaruh orangtua akan melekat lebih kuat jika mampu membangun kedekatan emosi yang kuat. Sebaliknya, jika anak tak memperoleh pemenuhan atas kebutuhannya di sekolah saja, maka guru akan berperan sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Mereka amat menentukan.
Cara paling aman yang dapat kita lakukan agar anak tak terpapar pengaruh dari luar adalah mendidik sendiri anak kita di rumah.
Sebaiknya ketika kita menyekolahkan anak-anak haruslah yang berlandaskan ad dien (agama).
Pertama, kita memang harus benar-benar mengilmui apa yang kita akan ajarkan sekaligus mengilmui bagaimana mengajarkannya kepada anak.
Kedua, kita harus dapat menjamin bahwa orang-orang yang tinggal serumah dengan kita juga harus sejalan dan sepaham dengan kita.
Ketiga, kita mendidik mereka secara total sehingga anak-anak memperoleh bekal yang mencukupi.
Nah, agar anak-anak itu memiliki percaya dri yang lebih kuat lagi sebagai seorang Muslim, kita perlu tanamkan dorongan untuk menyampaikan kebenaran serta mengajak orang lain pada kebenaran. (hal 147) Bila hal ini tak terjadi maka harus ada keyakinan kuat yang mereka pegangi agar bisa tegak kepalanya, mantap langkahnya, jelas tujuanya, dan ada alasan yang kuat untuk bertindak dan bekerja keras. (hal 158)
Buku ini jelas memberikan pedoman dan tuntunan, sekaligus perenungan untuk bersama-sama menyadarkan para orangtua akan pentingnya membekali anak-anak dengan iman, membangun jiwa anak-anak agar menjadi kuat serta berpendirian, tidak cepat berputus asa dan berpuas diri dengan hanya meningkatkan kemampuan kognitif.
Bahasa yang disajikan dalam buku ini begitu gamblang dan renyah serta disisipi kisah-kisah manusia unggul yang beriman dan berkepribadian.
Penulis seakan mengingatkan arti penting kepengasuhan dan pendidikan anak-anak tidak hanya mengandalkan otak dan kreatifitas, justru lebih dalam lagi yaitu menandaskan kepengasuhan berbasis tauhid yang bisa melahirkan kepribadian yang beradab dan bertawakal.
Oleh kaenanya, sudah saatnya para orangtua lebih mengedepankan dan memperhatikan masa depan menuju akherat dan bukan semata-mata hanya mendapatkan keunggulan duniawiyah saja.*
Judul buku : Segenggam Iman Anak Kita
Pengarang : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pro-U Media, Yogjakarta
Tahun terbit : September 2013
Hal terbit : 287 hal