Oleh: Eka Sugeng Ariandi
UNTUNGLAH Pemilihan Presiden (Pilpres) berlangsung di bulan Ramadhan, bila tidak tentu kita akan kesulitan menentukan pilihan.
Kenapa tidak sulit? Karena bagi umat muslim di negeri ini, hadirnya bulan Ramadhan pada dasarnya memberikan arah dan panduan yang jelas sosok ideal yang layak dipilih menjadi presiden untuk 5 tahun ke depan.
Tak hanya bagi yang muslim, bagi umat yang lain, bulan puasa pasti memberikan nuansa yang berbeda, dan sedikit banyak juga mempermudah untuk memilih.
Sebelum ini, Tahta Keuskupan Vatikan di Roma, Italia memberi pesan Ramadhan, bahwa Ramadhan tahun 2014 ini, demikian menurut Paus Franciskus, puasa adalah menjaga diri, orang-orang yang mampu menahan diri dari kebutuhan duniawi adalah orang-orang yang bergelimang berkah dari Yang Maha (republika.com).
Paling tidak, pernyataan Paus mengisyaratkan bila calon pemimpin di negeri ini seorang muslim, maka yang layak dicoblos adalah sosok yang memiliki kepribadian bisa menjaga dirinya sendiri, tentu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang/tercela, seperti: menghina, mencaci, black/negative campaign, dan lain-lain. Disamping itu, dia juga mampu menahan diri kebutuhan duniawi (misal: berambisi meraih kepemimpinan tertinggi demi meraup kekayaan/harta benda untuk kepentingan pribadi/golongan/partainya di atas kepentingan seluruh rakyatnya).
Apa yang disampaikan Paus esensinya sudah ada dalam beberapa ayat Al Qur’an, dan bila ayat-ayat ini dibaca serta dipahami benar-benar maka dengan mudah umat Islam akan memilih calon presiden (Capres) dengan cerdas.
Seperti dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 185, yang artinya, “(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”
Pada umumnya, semua permasalahan yang dihadapi manusia, semua telah ada petunjuk penyelesaiannya dalam kitab suci ini. Al Qur’an memberikan penjelasan-penjelasan tentang petunjuk yang diinginkan dan memberikan batasan yang terang benderang mana yang benar dan mana yang salah. Termasuk dalam urusan memilih seorang pemimpin (presiden). Ramadhan telah mendidik semua orang untuk menjadi pemilih yang cerdas, yaitu dengan memilih tidak berdasarkan hawa nafsu/ikatan emosional (fanatis partai/golongan/suku/dan lain-lain) tetapi memilih berdasarkan petunjuk Kitab Suci.
Yang lebih cinta dengan Kitab Suci sekaligus mau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya dan kepemimpinannya kelak, maka beliau lah yang layak untuk dipilih.
Oleh karena itu, bila masih bingung memilih 1 atau 2, maka pilihlah pemimpin yang lebih banyak berpedoman pada petunjuk-petunjuk dalam Kitab Suci, niscaya ketika beliau sudah jadi presiden akan mampu menjadi petunjuk bagi rakyatnya sekaligus mampu menjadi pembeda mana yang haq dan yang bathil.
Begitu juga bila memperhatikan pesan Rasulullah Shallalhu ‘alaihi Wassallam kepada umatnya dalam setiap bulan Ramadhan.
Rasul bersabda, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Allah berfirman, ’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Lagi-lagi umat Islam diberikan kemudahan dalam setiap permasalahan yang dihadapinya. Sesuai dengan isi pesan Rasulullah di atas, maka dalam urusan memilih Capres yang baik, pilihlah Capres yang benar-benar berpuasa (lahir batin).
Artinya kualitas puasanya tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar serta tidak berhubungan badan dengan istri di siang hari, tetapi juga menahan dari perbuatan dan perkataan yang tercela di kacamata hukum agama maupun hukum Negara.
Capres yang benar-benar berpuasa, ucapannya pasti terjaga dari berkata-kata kotor (termasuk di dalamnya black/negative campaign) terhadap lawan-lawan politiknya.
Bila lawannya mencaci maki, menyerang, mengajak berkelahi, maka dia akan berkata saya sedang berpuasa dan tidak akan membalasnya. Maka dari itu, (sekali lagi) Ramadhan telah telah mendidik kita menjadi pemilih yang cerdas.
Dengan melihat dan menyaksikan di media cetak/elektronik/koran (yang saat ini sangat jelas bagaimana beberapa koran dan TV sangat jelas pro salah satu capres) dan melihat berbagai peristiwa demi peristiwa yang dilakukan oleh semua pasangan capres-cawapres dan tims sukses (Timses) selama ini, kita akan tahu mana yang menjalankan “puasa” dengan benar mana yang hanya sekedar “puasa” namun perilakunya masih tidak sanggup untuk menahan dari
perkataan/perbuatan tercela.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kesimpulannya, untuk menjadi pemilih yang cerdas itu mudah. Jadikan panduan/pedoman utama dan pertama dalam memilih yaitu dengan berdasarkan tuntunan agama (Islam).
Berhati-hatilah dalam memilih, ibarat pepatah, jangan sampai “memilih kucing dalam karung”. Artinya hanya sekedar memilih tanpa sebab/alasan, tanpa tahu menahu profil kehidupan orang yang dipilih, siapa orang-orang di belakangnya, dan bagaimana latar belakang mereka terhadap Islam.
Janganlah pernah melihat popularitas atau elektabilitas hanya sesunguhnya mudah dipolitisir dan dibuat-buat. Janganlah memilih karena faktor kepentingan sesaat hanya karena pencitraan.
Pemilih cerdas, sebelum memilih, terlebih dulu akan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang berimbang (tidak berat sebelah) agar benar-benar mengetahui luar dalam profil lengkap capresnya, setidaknya banyak mengikuti firasat orang alim, jejak umat Islam terbanyak serta jejak para ulama.
Demikian harapannya agar yang terpilih nanti adalah prsiden yang diberkahi.
Selamat menjadi pemilih yang cerdas, tentunya yang puasanya berkualitas.*
Penulis adalah pendidik di MA As Sholchah Warungdowo Kec. Pohjentrek Kabupaten Pasuruan