Oleh: Dhelta Wilis
NERACA dunia berubah semenjak runtuhnya negara adidaya yang menguasi dunia dengan penerapan syariat Islam. Yaitu pada tanggal 3 Maret 1924. Neracanya kembali kepada tatanan pemikiran jahiliyah masa lampau sebelum datangnya Islam. Salah satu contohnya adalah penetapan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret disetiap tahunnya.
Sejak tahun 1909 perayaan ini dilaksanakan. Semangatnya adalah menuntut keadilan dan kebebasan untuk perempuan. Hari Perempuan Internasional ini digagas karena peristiwa kekerasan terhadap perempuan di Kota New York, Amerika Serikat pada tahun 1857 dan sejumlah peristiwa-peristiwa yang menyudutkan perempuan. Perayaan tersebut digagas oleh Feminis. Maka tidak heran jika gerakannya selalu ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kaum Feminis yang menginginkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dengan mengubah peran perempuan seperti laki-laki. Karena keadilan yang mereka anut adalah sama rata atau yang sering mereka sebut kesetaraan.
Semangat Hari Perempuan Internasional ini sebenarnya sama dengan apa yang diperjuangkan oleh Perempuan-perempuan yang tidak menyukai perlakuan Yunani, India, Romawi, China, Eropa dan Arab jahiliyah terhadap perempuan. Yunani memperlakuan perempuan dari kalangan elit seperti tahanan sedangkan perempuan dari kalangan bawah dijadikan komoditi perdagangan. Begitu juga dengan perlakuan Arab jahiliyah yang mengubur hidup-hidup anak perempuan. Jika tidak dikubur perempuan tetap akan dipelihara dan diperlakukan secara tidak manusiawi
Masalah kekerasan yang berbasis gender menjadi momok bagi perempuan kala itu. Kekerasan fisik seperti pemukulan dan penyiksaan, kekerasa emosional, kekerasaan ekonomi dan kekerasan seksual mereka rasakan sebagai bentuk ketidakadilan. Solusi yang mereka ambil adalah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan sehingga perempuan tidak mau berada di bawah laki-laki. Piala tebaik menurut mereka adalah ketika kesetaraan itu terwujud dalam kehidupan. Dari perlakuan tersebut kaum feminis dengan bangga menggagas kebebasan perempuan dari ketertindasan. Gagasan tersebut dianggap sebagai solusi atas ketertindasan perempuan.
Baca: Ilusi Feminisme
Disisi lain, mereka menafikan keberhasilan Islam dalam memberikan piala kemuliaan bagi perempuan. Aktivis Gender menuduh Islam mendiskriminasi perempuan. Mereka membuat opini yang mendiskreditkan Islam yaitu tentang batasan aurat, peran perempuan dalam rumah tangga, poligami, Laki-laki yang berhak menalak istrinya, jumlah persaksian, menjadi pemimpin dan masalah warisan.
Batasan aurat, mereka (Feminis) anggap sebagai pemaksaan karena perempuan jadi tidak bebas beraktivitas. Masalah Poligami juga sering menjadi santapan lezat untuk menjatuhkan Islam. Di dalam Islam diatur poligami dengan batasan menikahi empat perempuan. Hal ini dipandang sebagai ketidakadilan menurut hawa nafsu mereka. Intinya gerakan feminis menuntut kebebasan perempuan untuk tampil di masyarakat dengan segala potensinya tanpa terikat dengan doktrin-doktrin agama.
Dengan berbagai upaya, mereka menyebarkan ide-ide kesetaraan gender. Kampanye, peringatan hari perempuan, pembentukan organisasi-organisasi perempuan, mengintervensi Undang-Undang dan lain sebagainya menjadi aktivitas yang selalu mereka lakukan. Akan tetapi sampai sekarang kemuliaan seorang perempuan tidak kunjung di dapat. Piala yang mereka inginkan sebagai kesetaraan perempuan dengan laki-laki juga menjadi piala yang semu belaka.
Berbagai kasus tetap saja terjadi. Kekerasan seksual, perempuan menjadi komoditi seks yang menjanjikan segunung keuntungan materi, kekerasan fisik, angka kematian perempuan yang semakin tinggi akibat aborsi, menjadi penyuka sesama jenis (lesbian), dan tingginya angka free sex karena bagi feminis menikah adalah suatu bentuk ketertindasan. Begitulah hasil dari kebebasan yang mereka inginkan. Dalam pandangan mereka, perempuan mempunyai hak atas tubuh mereka sendiri.
Pemikiran Feminis
Ketidakberhasilan feminis memperjuangkan kesetaraan karena asas pemikiran yang mereka ambil adalah sekuler. Sekuler yaitu pemisahan agama dengan kehidupan. Mereka percaya kepada Allah tetapi tidak mau diatur oleh aturan Allah. Pada akhirnya gerakan ini cenderung bebas tanpa batas. Kebebasan itu pula yang selalu mengatasnamakan Hak Asasi Manusia.
Pemikiran sekuler inilah yang mengajarkan bahwa materi menjadi sumber kebahagiaan. Perempuan sukses dipandang dari segi kekayaan materi, kedudukan yang tinggi, dan gaya hidup. Perempuan yang berkarir bagus menjadi kebanggaan tersendiri di masyarakat saat ini. Sehingga banyak perempuan yang terlena dengan kemandirian ekonominya dan menyampingkan peran suami.
Jargon balance for better (kesetaraan lebih baik) yang diusung dalam peringatan Hari Perempuan Internasional sebagai contoh bahwa penganutnya menstandarkan kebahagiaan hanya pada materi saja yang mereka anggap sebagai piala kemenangan atas perjuangan menuntut hak kesetaraan.
Kemuliaan Perempuan dengan Islam
Islam memiliki cara yang telah terbukti keberhasilan dalam memberikan piala kemulian yang terbaik untuk perempuan berabad-abad lamanya. Islam datang untuk memberikan keadilan dengan memuliakan perempuan sesuai dengan fitrahnya. Islam pula mengajarkan bahwa sumber kebahagian perempuan adalah Ridho Allah bukan hanya sekedar materi saja.
Islam menyadari bahwa laki-laki dengan perempuan memiliki fitrah yang berbeda sehingga cara memperlakukan keduanyapun berbeda. Keduanya memang berlomba memperoleh kedudukan yang sama di mata Allah yaitu berlomba memperoleh kemuliaan dengan menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan fitrahnya. Tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk dihadapan Allah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hal tersebut tentu berbeda dengan ide yang diusung oleh Kaum Feminis. Mereka berusaha mengusung kebebasan pada perempuan tetapi mereka tidak menyadari justru hal tersebut yan menjauhkan peremuan dari kodratnya. Bagaimana bisa perempuan mulia ketika menjauhi kodratnya? Sedangkan untuk memperoleh piala yang hakiki hanya bisa dilakukan dengan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kodrat yang diberikan oleh Allah, Yang Maha Pengatur.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Surah An Nisa ayat 32 :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Dalam Tafsir Jalalayn disebutkan bahwa (Bagi laki-laki ada bagian) atau pahala (dari apa yang mereka usahakan) disebabkan perjuangan yang mereka lakukan dan lain-lain (dan bagi wanita ada bagian pula dari apa yang mereka usahakan) misalnya mematuhi suami dan memelihara kehormatan mereka. Ayat ini turun ketika Ummu Salamah mengatakan, “Wahai! Kenapa kita tidak menjadi laki-laki saja, hingga kita dapat berjihad dan beroleh pahala seperti pahala laki-laki”.
Oleh karena itu, baik laki-laki ataupun perempuan akan sama-sama mendapatkan piala hakiki dari Allah Subhanahu Wata’ala karena ketaqwaan yang diraih bukan karena kesetaraan menurut hawa nafsu. Wallahu a’lam bishowab.*
Penulis pemerhati sosial