Sambungan artikel PERTAMA
Kalau toh ada aktor teroris yang pernah mengenyam pendidikan pesantren kita tidak bisa menyalahkan pesaantren sebagai pusat kajian keIslaman. Karena Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, saling membunuh, dan terorisme. Sebaliknya, Islam mengajarakan saling mencintai, membantu, toleransi, moderat dan berbuat baik terhadap sesama, karena Islam agama damai yang tercermin dalam interaksi sosial para santri dalam pesantren.
Isu pesantren sebagai wadah kaderisasi terorisme dan radikalisme itu salah besar. Kurikulum pesantren yang menekankan pengajaran keagamaan yang bertujuan membentuk akhlak al kariimah dalam diri santri sehingga mampu menciptakan harmoni sosial dalam masyarakat. Justru sistem ini berbanding terbalik dengan sistem kaderisasi teroris yang dilakukan oleh organisasi teroris.
Sebagai salah satu contoh bahwa pesantren mengajarkan sikap moderat dan toleran bukanlah wadah kaderisasi teroris, kita lihat historis kemerdekaan Indonesia dimana saat itu ulama-santri bersatu dalam laskar Hizbulloh dan Sabilillah dalam membela kemerdekaan Indonesia. Pejuang yang rata-rata diisi oleh para santri dari pesantren ini mampu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari oknum yang ingin menggagalkannya.
Perjuangan para ulama-santri ini dan semangatnya bukan karna ingin membela kepentingan oknum atau instansi tertentu melainkan untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia yang didasari oleh Resolusi Jihad 22 Oktober, yakni fatwa KH. Hasyim Asy’ari yang menyatakan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardhu ‘ain (wajib bagi setiap individu).
Ketika kita lihat perjuangan ulama santri dalam resolusi jihad diatas, semua itu tak terlepas dari pengajaran pesantren terhadap para santri.
Doktrin akhlak al kariimah dalam pesantren mampu membuat jiwa para santri berani dan berpegang teguh terhadap aqidahnya yang harus dibela, membela semua hal yang berkaitan dengan agama Islam.
Bersikap toleran yaitu membela agama Islam jika ada yang mengusiknya dan menjaga kerukunan antar umat seagama dan beragama. Namun tidak toleran dalam kesesatan dan masalah akidah yang menyimpang.
Bersikap moderat artinya tidak terpengaruh siapapun karna pesantren mengajarkan kemandirian pada para santri hingga mampu berdiri sendiri dan membangun mentalitas santri untuk berani mengarungi kehidupan.
Baca: ‘Islam Moderat’ Sebuah Distorsi Istilah
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam buku Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Kuntowijoyo mencatat, “Pondok pesantren mempunyai tujuan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. Berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyrakat, menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama Islam atau menegakan Islam dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat (‘Izz al-Islam wa al-muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.” Wallahu a’lam bi showab.*
Penulis mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Hadrhamaut Yaman