Melalui banyak cara
Kita ingin Al-Quds dan Palestina segera merdeka dan kita bisa bersama-sama shalat di Masjid Al-Aqsha’, tapi Allah Subhanahu Wata’ala berkehendak lain. Ada banyak hikmah yang tidak terkuak dan tersingkap oleh kita dari lamanya penjajahan Zionis terhadap Palestina ini. Allah Subhanahu Wata’ala memiliki tujuan tertentu untuk menguji hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah Subhanahu Wata’ala juga ingin menguji kita, para aktivis yang mengklaim mencintai Palestina, apakah akan terus istiqomah dan sabar dalam jalan yang penuh onak dan duri ini?
Kita harus terus proaktif mengangkat masalah penjajahan Palestina ini kepada siapapun, dan terus mencoba mempengaruhi opini publik di tingkat lokal, nasional dan internasional agar turut serta membicarakan dan mencari solusi untuk Palestina.
Apapun bisa kita lakukan untuk urusan akidah ini. Bisa mencari ide kreatif untuk mengajak orang lain melaui tulisan (opini), pemberitaan, video, nasyid, game, diskusi, poster-poster bahan sastra (puisi).
Kita tidak pernah bisa memenangkan “perang abadi” yang telah banyak dikutip di Al-Quran dan hadits ini selama antar kita (umat Muslim) tidak menjaga persatuan dan saling bersilaturrahmi.
Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi Wassalam pernah menyampaikan khutbah pada haji wada’; “Sesungguhnya setiap Muslim adalah saudara bagi setiap Muslim lainnya, dan sesungguhnya kaum Muslimin adalah saudara.” (HR. al-Hakim).
Jika kalangan musuh Islam dari berbagai agama, isme, golongan dan kelompok, bisa saling bersatu padu untuk memusuhi kita dan dalam kebathilan, mengapa kita yang memiliki agama, Rasul dan Kitab yang sama harus bermusuhan hanya karena hal-hal yang sepele? Bagaimana kita bisa mengalahkan penjahat Zionis-Israel jika di antara kita tidak bersatu dan saling mendengki?
Bersegeralah bergabung dengan kelompok yang suka berbuat kebajikan. Termasuk kepada mereka yang peduli terhadap permasalahan Palestina. Peran-peran mengumpulkan dana, bahkan hanya mendiskusikan mengenai sejarah dan konspirasi yang menimpa bangsa Palestina setidaknya akan menempa ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah kita untuk siap bekerja dan berdakwah bahkan terjun langsung membebaskan Palestina, jika Allah mengizinkan.
Di sisi lain, apapun proyek dan aksi yang kita lakukan untuk membebaskan Palestina tak akan mungkin bisa berdampak besar dan massif jika kita tidak melibatkan Allah Subhanahu wata’ala. Karena itu, kita lakukan semua ini dengan niat tulus dan ikhlas karena Allah Subhanahu wata’ala.
Kita juga bersama-bersama berupaya meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah, bertaubat dari semua dosa, dan memimpikan surga dalam pikiran dan benak kita.
Sungguh mustahil kita yang hina dan lemah ini bisa mengalahkan Zionis tanpa bantuan Allah yang Maha Gagah dan Perkasa.
Abdullah bin Rawwahah ra, ketika membakar semangat kaum Muslimin untuk berjihad dalam Perang Mu’tah melawan Romawi mengatakan; “Hai saudara-saudara, kalian tidak menyukai mati syahid padahal itu adalah tujuan kita berangkat ke medan perang ini! Kita berperang tidak mengandalkan jumlah pasukan atau besarnya kekuatan, tetapi semata-mata tersebabkan karunia dari Allah berupa agama yang menjadikan kita mulia.“
Pembebasan negeri Palestina bukanlah kewajiban bangsa Palestina dan bangsa Arab saja. Pembebasannya adalah tanggung jawab kita semua. Ketika Al-Quds dijajah oleh pasukan Salib, Muslim non-Arab-lah yang membebaskannya. Adalah Nuruddin Zanki yang berasal dari Turki dan Shalahuddin al-Ayyubi asli suku Kurdi. Dan bukan tidak mungkin kita sebagai Bangsa Indonesia yang akan membebaskannya di masa mendatang.
Saat panggilan untuk membebaskan Palestina terus menggema apakah kita akan menjawabnya dengan jawaban pesimis dan pengecut seperti yang pernah dilontarkan oleh Bani Israil ketika diajak oleh Nabi Musa as untuk menduduki Palestina, “Pergilah engkau sendiri bersama Rabbmu lalu berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami ingin duduk menanti di sini saja.“
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Atau kita menjawab seruan panggilan itu, dengan jawaban optimis dan berapi-api seperti yang pernah diucapkan oleh sahabat al-Miqdad bin Amr ra ketika Muhajirin dan Anshar diajak untuk berperang oleh Nabi Muhammad Shallallgu, “Pergilah engkau bersama Rabbmu lalu berperanglah kalian berdua, dan sesungguhnya kami akan berperang bersama kalian berdua. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, andaikata Anda pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap maka kami pun siap bertempur bersama Anda hingga Anda mencapat tempat itu.”
Jadi apa jawaban kita?
Penulis adalah Mahasiswa Magister Informatika dan Anggota KSP (Kelompok Studi Palestina)
Referensi:
Dr. Raghib As-Sirjani. 2010. Palestina, Kewajiban yang Terlupakan. Bandung: Sygma Pustaka
DR. Saiful Bahri, M.A. 2013. The Forbidden Country, Negeri Terlarang bagi Para Pecundang. Jakarta: ASPAC for Palestine
Dr. Yusuf al-Qaradhawi & Abu Ubaidah Hasan Salman. 2009. Pro & Kontra Jihad di Palestina. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri. 2012. Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta: Ummul Qura