Sambungan artikel PERTAMA
Brownback baru-baru ini menekan Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi pada para pemimpin China yang katanya paling bertanggung jawab atas tindakan keras Beijing terhadap kelompok-kelompok agama, dan secara khusus menyerukan Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS untuk membekukan aset sekretaris Partai Komunis XUAR Chen Quanguo karena kebijakan represif di wilayah tersebut.
Bulan Mei, ketika Departemen Luar Negeri merilis “Laporan Kebebasan Beragama Internasional 2017”, Brownback mengatakan China, Negara Kepedulian Politik sejak 1999, tetap “negara yang sangat, sangat meresahkan terhadap kebebasan beragama,” terutama karena jumlah warga Uighur saat ini yang ditahan di “kamp pendidikan ulang” (re-education).
“Itu adalah konsep yang Anda pikir telah berlalu beberapa dekade yang lalu dan [sedang] mengalami dalam jumlah yang terus bertambah,” kata Brownback pada saat itu.
“Itu sebabnya kami memasukkannya ke depan dalam laporan ini agar tindakan yang lebih besar dapat dilakukan.”
Laporan Departemen Luar Negeri mencatat bahwa di XUAR, pihak berwenang membatasi partisipasi Muslim Uighur di bulan puasa Ramadhan dan acara perayaan keagamaan lainnya, dan bahwa “ratusan ribu” Muslim Uighur telah dipaksa ke kamp-kamp yang tersebar di Xinjiang.
Penahanan Terpadat di Dunia
Hingga hari ini, otoritas pemerintah komunis China belum secara terbuka mengakui keberadaan “re-education” di XUAR, dan berapa jumlah tahanan yang disembunyikan di setiap fasilitas tetap merupakan rahasia yang dijaga ketat, tetapi para pejabat lokal di banyak bagian wilayah tersebut dalam wawancara telepon RFA dengan gamblang menjelaskan telah mengirim sejumlah besar warga Uighur ke kamp-kamp dan bahkan menggambarkan kepadatan berlebih di beberapa fasilitas.
Sebelum kasus yang dialami keluarga, Dolkun Isa, bulan Juni 2018 lalu, Kongres Uyghur Dunia (WUC) menyatakan bahwa seorang ulama Muslim Uighur paling disegani, Muhammad Salih Hajim dikabarkan telah meninggal di sebuah kamp indoktrinasi politik China.
Pernyataan WUC itu membuktikan, Muhammad Salih Hajim (82) telah ditahan dan menjadi sasaran indoktrinasi politik dan propaganda rezim komunis China.
Hajim, ulama paling berpengaruh di wiyalah itu, telah banyak berjasa bagi perkembangan Islam di Uighur, salah satu jasanya adalah menerjemahkan Al-Quran dari bahasa Arab ke bahasa Uighur, kata kelompok internasional Uighur yang diasingkan tersebut.
“[Dia] sangat mungkin mengalami penyiksaan dan perlakuan buruk selama pemenjaraannya.
Baca: Netizen Marah Dugaan Pernikahan Paksa Muslimah Uighur dengan Pria China
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kematian Hajim terjadi di tengah penumpasan besar-besaran pihak berwenang China terhadap orang-orang Uighur pada umumnya dan terutama pada hak mereka untuk kebebasan beragama.
“Ratusan ribu (mungkin jutaan) warga Uighur telah ditangkap di Turkestan Timur dan dikirim ke kamp-kamp ‘pendidikan ulang’ indoktrinasi politik China,” lapor Anadolu Agency.
Mengutip laporan yang kredibel, anggota parlemen Marco Rubio dan Chris Smith, yang mengepalai Komisi Eksekutif Kongres bipartisan di China, mengatakan baru-baru ini bahwa sebanyak 500.000 hingga satu juta orang telah ditahan di kamp pendidikan ulang, menyebutnya “yang terbesar penahanan massal dari populasi minoritas di dunia saat ini. ”
Adrian Zenz, seorang dosen dalam metode penelitian sosial di Sekolah Kebudayaan dan Teologi Eropa yang berbasis di Jerman, mengatakan jumlah “bisa lebih dekat dengan 1,1 juta, yang setara dengan 10-11 persen dari populasi Muslim dewasa di wilayah tersebut,” kutip RFA.*