Oleh: Abdel Salam Al Shamikh
PEMERINTAH Amerika yang dipimpin oleh Donald Trump di musim panas mengumumkan pembentukan pembentukan Aliansi baru Negara Arab yang baru dalam melawan dominasi Iran yang semakin berkembang di wilayah konflik.
Aliansi yang disebut-sebut dengan “NATO Arab”, dikenal sebagai Aliansi Strategis Timur Tengah (MESA), yang akan dibahas pada pertemuan puncak di Washington yang dijadwalkan pada 12-13 Oktober mendatang.
Ketika ‘NATO Arab’ ini memilih untuk mengikuti tren internasional yang cenderung menentang Iran, mereka boleh jadi akan menjadi alat yang penting untuk menghadapi sesuatu yang disebut oleh Trump sebagai ‘agresi, teroris, dan ekstrimis Iran’. Tetapi ada banyak pertanyaan tentang keikutsertaan Maroko dalam ‘Nato Arab’ ini.
Sebagaimana diketahui, untuk saat ini, hubungan Maroko dengan Iran tidak dalam keadaan yang terbaik, setelah Rabat memutuskan untuk memberhentikan semua hubungan diplomasi dengan Iran sebagai jawaban yang tegas atas campur tangan Iran di Sahara.
Keputusan Maroko ini dapat membuat mereka setuju untuk memainkan peran dalam menghalau pengaruh Iran. Terlebih lagi pemerintahan Trump telah bergerak untuk membentuk aliansi politik dan keamanan yang meliputi Amerika Serikat, Negara-negara Teluk, Mesir, dan Yordania. Aliansi ini bertujuan untuk melawan ekspansi Iran di wilayah Timur Tengah.
Negara-negara Arab menempatkan Iran sebagai musuh mereka. Khususnya Kerajaan Arab Saudi yang berperan untuk mempengaruhi Negara Teluk lain untuk bergabung dengan pembentukan aliansi yang digagas Donald Trump ini. Ini ikut menimbulkan pertanyaan, apakah Maroko tertarik untuk bergabung dengan aliansi Negara Arab melawan Iran?
Media Hespress mewawancarai seorang ahli ekstrimisme dan kekerasan politik, Halim Al-Madkouri, tentang ketertarikan Maroko dalam bergabung dengan aliansi Arab melawan Iran.
“Saat ini, Maroko tidak harus ikut ke dalam aliansi seperti itu karena tidak ada kepentingan langsung di dalamnya,” papar Al-Madkouri. Ia juga menambahkan, “Maroko masih bergantung kepada Afrika dan hubungan baik mereka dengan Uni Eropa. Mereka tidak bisa mempertaruhkan diplomatik mereka dalam gerakan dengan konsekuensi yang tidak bisa diprediksi.”
“Kekuatan militer baru di wilayah itu akan membuat kondisi Maroko menjadi kacau. Hanya ‘Israel’, dan pada akhirnya Iran juga, yang akan mendapat keuntungan dari hal itu,” tambah Al-Madkouri.
Al-Madkouri menambahkan, “Eropa takut akan munculnya gelombang terorisme dan pengungsi yang baru dan akan menimbulkan kekacauan di wilayah Eropa.”
Karena jika hal itu terjadi, maka dampaknya akan terasa di Maroko. Al-Madkouri meyakini Maroko akan mengerahkan segala daya untuk menghindari situasi polarisasi yang akan mengganggu kepentingan penting dan strategis mereka. Ia juga yakin, Maroko menganggap bahwa pendekatan Trump terhadap nuklir Iran tidak jauh berbeda. Dari awal hingga akhir, ini semua hanyalah muslihat Amerika.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Amerika tidak peduli jika harus membuang sekutu mereka ke dalam konflik.
Sehubungan dengan Iran, Halim Al-Madkouri memprediksi bahwa ada pihak lain yang ingin mencabut pengaruh Iran, yaitu Benjamin Netanyahu. Kepentingan Netanyahu tidak hanya dalam keamanan, namun lebih kepada politik dan ekonomi.
Penjajah ‘Israel’ hendak memasukkan pengaruh mereka di Timur Tengah. Bukan dengan kekuatan militer, tetapi dengan kekuatan teknologi mereka. Mereka tidak ingin ada yang bisa menyaingi mereka, seperti Iran, dan ‘Israel’ memanfaatkan kecemasan Negara Teluk terhadap ekspansi Iran.
Gagasan ‘NATO Arab’ ini diajukan oleh Trump pada akhir tahun kemarin, dalam kunjungannya ke Arab Saudi dan menemui pimpinan Negara-negara Muslim Sunni.
Namun menurut Al-Madkouri, sejak awal kemungkinan terbentuknya ‘NATO Arab’ ini sangat kecil. Meski begitu, Gedung Putih telah menyetujui kesepakatan militer senilai USD 500 juta.*
Artikel ditulis di laman hespress, diterjemahkan Ja’far Auzan Muzakki