Sambungan berita PERTAMA
Khaasteh menunjuk bahwa menjelang pengumuman pada Ahad, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengadakan perbincangan singkat dengan rekan Irannya Javad Zarid pada saat jeda di pertemuan Organisasi Kerja sama Islam di Istanbul pada 1 Agustus.
“Jadi satu kita dapat mengartikan permintaan mediasi putra mahkota Saudi sebagai sebuah kelanjutan dari semua perkembangan positif itu dan perbincangan antara Jubeir dan Zarif. Ya, kedua adalah menginginkan hubungan yang lebih baik, tetapi tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” katanya dikutip Aljazeera.
Iraq yang mayoritas penganut Syiah terbentang diantara Syiah Iran dan monarki-monarki Sunni Arab termasuk Arab Saudi. Pada 2016 Iraq menawarkan mediasi antara dua negara itu.
Pada Januari 2016, Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah sebuah serangan oleh para pendemo pada kedutaan besarnya di Teheran.
Para pendemo itu merespon keputusan Arab Saudi untuk mengeksekusi mati pemimpin Syiah Nimr al-Nimr, bersama 46 tersangka kebanyakan Muslim Sunni atas dakwaan terorisme.
Pada titik itu, keduanya terlibat perang kata-kata setelah tragedi haji di luar Makkah pada 2015.
Iran mengakui setidaknya 460 warganya terbunuh dalam insiden itu, tetapi Arab Saudi secara resmi melaporkan hanya 131 warga Iran yang mati.
Arab Saudi dan Iran saling menuduh mendukung proxi-proxi dalam perang di Yaman dan Suriah.
Laporan berita pada Ahad oleh ISNA mengutip Araji yang mengklaim Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud sebelumnya telah mengajukan permintaan yang sama padanya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Araji dilaporkan mengatakan pada Salman bahwa Riyadh “seharusnya memperlihatkan sikap terbaik terhadap jamaah Iran”, dengan memperbolehkan mereka untuk mengunjungi pemakaman al-Baqi, sebuah situs yang dianggap penting Syiah yang berlokasi di Madinah.
“Pihak Saudi telah membuat janji khusus mengenai ini, dan pintu-pintu pemakaman telah dibuka bagi jamaah Iran,” kata Araji, menurut laporan ISNA yang diterjemahan ke dalam bahasa Inggris oleh Iran Front Page.
Dalam laporan yang sama, Abdolreza Rahmani Fazli, Menteri Dalam Negeri Iran, mengatakan bahwa penting untuk menghargai dan mempertahankan “kehormatan” jamaah Haji Iran, menambahkan bahwa Iran telah “selalu menginginkan hubungan baik” dengan Arab Saudi.
“Kebijakan Iran ialah untuk memiliki kerja sama yang efektif dengan negara-negara regional, dan Teheran tidak pernah menjadi yang pertama yang memutuskan hubungannya dengan pihak lain,” katanya.*