Sambungan artikel PERTAMA
Disisi lain, seorang analis politik Libia yang menulis di Aljazeera.com, mengungkapkan bagaimana tuduhan ‘mendanai teroris’ yang dikenakan pada Qatar justru melupakan langkah kebohongan untuk menutupi dosa-dosa UAE yang telah secara penuh ikut campur dalam politik dalam Negeri Libia dengan terus-menerus mendanai perpecahan dan konflik antar kelompok yang diwarnai perang sipil sejak tiga tahun belakangan.
UEA dikenal mendukung Jendral Khalifa Haftar yang berupaya mencuri kekuasaan dan membangun pemerintahan kudeta ala Sisi di Mesir.
Qatar dan UEA masuk ke Libia ketika demonstrasi penggulingan Kolonel Muammar Qadhafi tahun 2011 untuk bantuan kemanusiaan dan dukungan politik dan peranan dua negara ini meningkat setelahnya.
Qatar membantu mendanai kelompok Islam namun tidak sampai mendanai kelompok seperti Al-Qaeda, ISIS dan lainnya. Sebaliknya UEA bahkan sampai mengirimkan pesawat tempur untuk membombardir target-target yang berlawanan dengan kepentingannya dan semakin membakar perang sipil di negara tersebut.
Kabar terakhir tentang UEA, yang dilansir Dailysabah harian di Turki, datang dari Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu yang mengungkapkan andil salah satu Negeri Teluk ini mengelontorkan 3 milyar dolar guna melancarkan aksi kudeta gagal pada tanggal 15 Juli 2016 tanpa peduli bahwa pemerintahan yang berkuasa adalah yang sah berdasarkan demokrasi dan dukungan mayoritas rakyat Turki.
Berbagai bukti keterlibatan pemimpin UAE ini menunjukkan bagaimana negeri persekutuan ini telah banyak terlibat dalam operasi-operasi militer yang ditujukan untuk merusak pemerintahan yang didukung oleh rakyat dan menggantikannya dengan pemerintahan diktator yang menghamba kepentingan mereka.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Tidaklah mengherankan bahwa peran UAE dalam aksi blokade terhadap Qatar sangatlah besar terutama mengingat komitmen Qatar dalam membangun transparansi media di Timur Tengah yang banyak membuka borok pemimpin diktator di kawasan. Wallahu a’lam.*
Penulis kini berdomisili di Doha, Qatar