PERNAH dengar istilah “manusia perahu”? Selama ini mungkin yang terbayang oleh Anda hanyalah para pengungsi Myanmar (Rohingya), Bangladesh, dan Suriah dalam pelayaran mereka di lautan.
Namun belakangan ini, fenomena manusia yang tinggal di atas perahu itu terjadi pula di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Apalagi kalau bukan di ibukota negara ini, tepatnya di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.
Seperti terlihat dalam momen yang dijepret fotografer hidayatullah.com, Rifa’i Fadhly, saat meliput ke kawasan pesisir Pasar Ikan, Penjaringan, Sabtu (23/04/2016) lalu ini.
Tampak dalam gambar, dua orang pria masing-masing sedang beristirahat dan bersantap nasi kotak di atas sebuah perahu kayu. Kapal itu ditambatkan pada salah satu sisi dermaga, berdampingan dengan perahu-perahu nelayan lain yang juga dimanfaatkan sebagai “rumah”.
Gambar lain memperlihatkan sebuah perahu nelayan bak disulap menjadi “rumah”, geladaknya dipenuhi berbagai perabotan rumah tangga. Seperti gelas, piring, teko, termos, panci, baskom, corong, payung, jeriken, tampi beras, botol air, helm, pakaian, selimut, kursi, dan masih banyak lagi.
“Manusia perahu” itu adalah sebagian warga Pasar Ikan yang rumahnya digusur oleh Pemprov DKI Jakarta atas kebijakan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). [Baca: [Berita Foto] Setelah Pasar Ikan Rata Digusur Ahok]
Walau tempat tinggalnya telah rata dengan tanah, sebagian mereka memilih bertahan di kampungnya. Ada yang tinggal di perahu-perahu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Saya tidak akan pindah karena sudah sejak puluhan tahun tinggal di sini,” ujar Syamsudin, salah seorang korban penggusuran itu, kepada reporter Yahya G Nasrullah.*