Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Merenungi sabda Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam seraya mencoba melihat apa yang telah dan sedang berlangsung. Semoga belum terjadi di negeri ini, di kampung-kampung kita:
مِنْ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ تُرْفَعَ الأَشْرَارُ وَ تُوْضَعَ الأَخْيَارُ وَ يُفْتَحَ الْقَوْلُ وَ يُخْزَنَ الْعَمَلُ وَ يُقْرَأُ بِالْقَوْمِ الْمَثْنَاةُ لَيْسَ فِيْهِمْ أَحَدٌ يُنْكِرُهَا قِيْلَ : وَ مَا الْمَثْنَاةُ ؟ قَالَ : مَا اكْتُتِبَتْ سِوَى كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Di antara (tanda) dekatnya hari kiamat adalah dimuliakannya orang-orang yang buruk, dihinakannya orang-orang yang terpilih (shalih), dibuka perkataan dan dikunci amal, dan dibacakan Al-Matsnah di suatu kaum. Tidak ada pada mereka yang berani mengingkari (kesalahannya)”. Dikatakan: “Apakah Al-Matsnah itu ? beliau menjawab: “Semua yang dijadikan panduan selain kitabullah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Al-Hakim).
Di masa itu, manusia berlomba melontarkan kalimat bijak, berpacu pula dalam menyebarluaskan perkataan, tetapi petunjuk semakin menjauh. Tak sedikit manusia yang saling berbicara agama, tapi bukan agama yang menjadi sumber panduannya. Mereka mengambil panduan dari luar, termasuk yang dikatakan sebagai hasil penelitian ilmiah dari para “ilmuwan” yang bahkan tak beragama, lalu mengamalkannya dengan meyakininya sebagai amaliyah agama. Kian sedikit amal dengan sungguh-sungguh berpegang pada agama. Tapi banyak amal seolah dari Islam, padahal bukan. Inilah al-matsnah.
Apa saja cakupan al-matsnah? Apa saja yang bukan sungguh-sungguh berdasarkan agama, lalu dijadikan panduan beragama karena dianggap baik. Tak sedikit amal yang menyerupai tuntunan agama, tetapi yang menjadi penggerak dan keyakinan mereka adalah panduan dari luar agama. Keyakinan tentang perintah ataupun balasannya juga berasal dari luar agama atau gabungan dari keduanya; menggunakan dalil umum agama, menjadikan yang dari luar agama sebagai panduan utama ataupun khusus.
Boleh jadi amal yang menyerupai agama itu adalah do’a, sedekah atau bahkan perjalanan ibadah. Tetapi dasar acuannya bukan agama. Mereka menemukan fitnah syubhat yang disangka ilmiah, atau perkataan yang dianggap mulia tanpa sedikit pun meragukannya, lalu beramal dengannya dan menganggapnya amaliyah Islam. Sangat mungkin pula memperoleh pembenaran dalil agama, tetapi panduan sesungguhnya yang menggerakkan kepada amal bukanlah Islam.
Ketika itu, sebagaimana kita baca pada hadis di atas, manusia tidak berani mengingkari kesalahan amaliyah maupun perkataan tersebut. Sesiapa mengingkari, ia akan dihinakan. Sesiapa mengingkari amalan yang panduannya justru dari para ilmuwan yang mungkin musyrikin ataupun atheis, ia dianggap menolak kebaikan.
Adakalanya seseorang membaca sesuatu, yang ilmiah menurut ilmu pengetahuan modern maupun yang disangka ilmiah padahal hanya permain istilah saja (play acting as science), atau bisa juga ilmu pengetahuan semu (pseudoscience). Yang disebut terakhir ini dianggap benar-benar ilmiah, padahal menurut standar ilmu pengetahuan pun sama sekali tidak dapat diterima. Tetapi apa pun itu, berdasarkan apa yang dibaca atau dipelajari, lalu menemukan di antara ajaran agama ini seolah-olah menyerupai, lalu dijadikan pembenaran atas “pengetahuan baru” tersebut. Ia kemudian mengamalkan dengan sungguh-sungguh. Seolah-olah berdasarkan agama, padahal agama hanya menjadi pembenaran, meskipun do’a-do’a yang ia baca memang berasal dari agama.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sungguh, al-matsnah adalah sesuatu yang sangat buruk. Tetapi akan ada masa mereka yang menjadikannya sebagai panduan dianggap mulia. Sementara orang-orang mulia justru dihinakan. Semoga belum datang masa ketika dibacakannya al-matsnah seolah menekuni agama.
Diam-diam merinding; khawatir jangan-jangan justru yang banyak menggunakan al-matsnah justru diriku sendiri. O Allah, perjalankanlah aku di jalan-Mu dan jangan palingkan aku dari agama yang Engkau ridhai ini.
Baca buku-buku tulisan : Mohammad Fauzil Adhim >>Membuat Anak Gila Membaca<<