Sambungan artikel PERTAMA
Nah setelah ketemu model-model wakaf musytarak yang siap diimplementasikan tersebut, bahkan siap dibuat protocol blockchainnya – kita butuhkan teknologi ini agar semua transaksi yang terkait wakaf itu traceable, transparent and auditable – agar publik merasa nyaman ketika berwakaf, contoh aplikasi konkritnya – dapat dilihat pada ilustrasi berikut :
Waqf Mushtarak Models
Saya ambilkan contoh proyek- proyek nyata yang sedang kami kaji untuk pendanaan wakaf musyataraknya, sesuai pilihan kami sebagai berikut :
Pertama adalah tentang Renewable Energy, proyek konkritnya adalah proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT). Alasan kami memilih proyek ini adalah karena ketersediaan energi yang terbarukan akan sangat dibutuhkan umat ini agar mampu bersaing dalam jangka panjang, proyek EBT juga low risk karena buyer-nya BUMN (PLN) sehingga hasil wakaf musytarak lebih terjamin untuk keluarga wakif (yang berwakaf), maupun untuk umum – energinya dijual, hasil penjualannya bisa untuk sekolah, masjid, kesehatan dlsb.
Kedua adalah jalan tol, alasan kami memilih proyek jalan tol sebagai proyek yang layak untuk di wakaf musytarak-kan adalah karena kita semua sangat menikmati dan memang membutuhkan infrastruktur jalan yang bebas macet, silaturahim lebaran menjadi lancar dan usaha-pun menjadi lancar. Hanya masyalahnya kalau jalan tol ini terus didanai dengan hutang – kan kasihan anak-anak kita yang menanggung biaya kenikmatan yang kita nikmati kini.
Wakaf jalan tol juga masuk kategori low risk, return yang diberikan ke wakif/keluarganya bisa dalam bentuk hasil bulanan – maupun token tol – hak untuk akses jalan tol yang bisa diperjual belikan. Seperti pulsa telpon yang bisa dijual belikan, demikian pula dengan akses tol – mestinya mudah ditokenkan sehingga siapapun pengelola tol-nya, dia tidak perlu berhutang lagi. Tol menjadi layanan publik yang berkah dan jarang terjadi kecelakaan!
Ketiga adalah Micro Satellite, perdebatan panjang ketika kami membahas proyek Micro Satellite ini dalam proyekwakaf musytarakh – bagaimana umat bisa merasakan manfaat dari satellite ini? Akhirnya kami masukkan juga karena punya argumen yang kuat.
Tugas utama kita di bumi ini adalah untuk memakmurkannya, bagaimana kita bisa memakmurkannya bila kita tidak tahu potensi nyata dari bumi yang kita tinggali ini dan problemnya? Potensi-potensi dan problem-problem yang ada di negeri ini bisa lebih efektif dielaborasi bila kita punya satellite yang bisa memelototi setiap jengkal bumi kita ini.
Adapaun manfaat langsung jangka pendeknya untuk keluarga yang berwakaf satellite maupun masyarakat umum adalah – bisnis satellite ini bisnis yang sangat menjanjikan di jaman teknologi ini, dia memberi return yang baik dan cepat. hasil return inilah yang bisa dikembalikan untuk keluarga yang berwakaf dan masyarakat yang membutuhkannya. Jadi ada dua manfaat sekaligus, manfaat untuk efek pemakmuran bumi, dan manfaat atau hasil usaha jangka pendek.
Keempat adalah proyek air bersih, air merupakan sumber kehidupan – tetapi sayangnya ada paradox terhadap kebutuhan air ini. Orang kaya perkotaan yang bisa menggali sumur dan berabonemen air PAM memperoleh air yang lebih murah dari orang-orang miskin yang tidak punya sumur, tidak bisa berlangganan PDAM dan harus membeli air secara eceran.
Maka pengadaan air bersih yang terjangkau sehingga semua orang memiliki akses yang sama terhadap air bersih dimanapun mereka berada – dia layak menjadi proyek yang didanai dari dana wakaf musytarak ini. Wakifnya bisa masyarakat yang di daerahnya kesulitan air bersih itu sendiri, atau masyarakat lain yang tertarik untuk berwakaf dengan dua hasil ini – hasil jangka pendek memberikan return yang baik, hasil jangka panjangnya menebar kebaikan untuk kehidupan.
Kelima adalah proyek swasembada tekstil berbasis serat bambu. Sudah 73 tahun kita merdeka dan 7 presiden berganti, kita belum bisa mandiri di bidang tekstil. Alih-alih mandiri, impor kita justru meroket pertumbuhannya. Sampai menjelang lebaran kemarin pertumbuhan impor tekstil dan produk tekstil (TPT) kita mencapai 28.02 % y.o.y, sedangkan ekspor kita hanya tumbuh 6.16%.
Maka perlu dorongan inovasi di bidang industri tekstil ini agar kita mampu bersaing dengan serbuan produk impor, tetapi justri inovasi inilah yang enggan dilakukan oleh para pemain industri karena mahal, take time dan terbatasnya sumber dana R and D. Problem-problem semacam ini hanya bisa dilakukan dengan sumber dana yang tiak biasa – yang tidak berbasis riba – yang tidak harus balik dengan cepat, itulah dana wakaf.
Namun yang berwakaf-pun sangat bisa jadi berpengharapan, kalau kita menjadi kuat di industri tekstil dunia, maka yang berwakaf juga menjadi orang-orang yang paling berhak atas kebaikannya di dunia dan di akhirat – itulah kembali solusinya ke wakaf musytarak.
Contoh yang keenam adalah proyek-proyek rumah sakit, ini contoh wakaf yang klasik tetapi justru sangat sedikit dari rumah sakit yang ada di jaman ini yang dari wakaf. Rumah sakit-rumah sakit top di ibu kota bukan milik kita, yang milik negara-pun sudah kebanjiran pasien sehingga sungguh tidak mudah bila kita terpaksa harus dirawat di rumah sakit.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Maka wakaf musytarak untuk rumah sakit bisa menjadi solusinya, bersama-sama kita bangun rumah sakit terbaik. Para wakif dan keluarganya mendapatkan haknya dahulu bila mereka sakit, tetapi waktu yang lain – dimanfaatkan untuk umat. Semakin sehat keluarga wakif, semakin besar manfaat rumah saki tersebut untuk umat – sehingga rame-rame umat berdo’a untuk kesehatan para wakif yang membiayai rumah sakit dengan akadwakaf musytarak ini.
Karena proyek-proyek wakaf musytarak ini bisa jadi sangat menguntungkan bagi para wakif maupun masyarakat umumnya, bagaimana untuk kaum non muslim yang tertarik atau ingin ikut berwakaf dengan pola ini?
Kalangan ulama – khususnya dari Madzab Safi’i – yaitu madzab yang paling banyak dianut di Indonesia, membolehkan non muslim ikut berwakaf. Bahkan bagi mereka yang melakukannya juga akan mendapatkan kebaikan di dunia. Demikian antara lain pendapat Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab yang sangat banyak dijadikan rujukan di Indonesia – Fiqih Islam wa Adillatuhu.
Dengan ini semua, mestinya tidak ada yang keberatan bila di negeri ini ada sekelompok pemikir dan teknokrat – yang dengan pemikiran dan penguasaan teknologinya – ingin memberi solusi alternatif agar kita tidak lagi berhutang, agar kita bisa bersaing di dunia yang semakin kompetitif ini.
Dua pihak diuntungkan sekaligus, para penggagas dan pengelola proyek-proyek yang dibutuhkan ummat dan masyarakat luas mendapatkan alternative sumber danannya yang bebas riba. Sedangkan masyarakat umum yang berkelebihan dana, dapat membelanjakannya untuk dua kebaikan sekaligus – di dunia mendapatkan return yang baik, di akhirat mendapatkan hasil sesungguhnya yang abadi.*
Penulis adalahDirektur Gerai Dinar