SEORANG pemuda Islam ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh suatu kenyataan bahwa sesungguhnya di tangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah pengemban risalah Islam.
Beban ini merupakan amanah yang amat mulia, dan inti dari seluruh tujuan dan cita-cita kehidupannya. Oleh karena itu, untuk menunjang potensi seorang pemuda, ia harus memiliki dasar-dasar kepribadian yang kuat. Secara eksplisit dasar-dasar kepribadian tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
Pertama, mengetahui, menyadari, dan mencanangkan hakekat tujuan hidup. Ia hanya bisa berdakwah bila telah memahami orientasi kehidupannya secara baik. Tanpa hal itu segala apa yang akan dilakukannya akan berjalan tanpa arah tujuan yang jelas. Walau bagaimana pun, tujuan hidup itu merupakan motivator utama bagi kehidupan ruh dan jiwanya. Segalanya ditujukan hanya untuk Allah. Karena itulah, seorang mujahid rela mengorbankan apa saja yang ia miliki hanya untuk Dia. Dia-lah Yang Maha Menentukan awal dan akhir seluruh proses kehidupan.
Kedua, seorang yang akan terjun ke medan dakwah harus mempelajari kondisi dunia yang sedang terjadi. Ia harus menyadari berbagai ancaman dan tipu daya yang sedang diarahkan dan dilancarkan. Dengan demikian, ia akan bersemangat dan berambisi untuk membebaskan dunia ini dari cengkraman berbagai kezaliman, khususnya negara-negara Islam.
Ketiga, seorang dai akan menghadapi berbagai tantangan dan problematika yang senantiasa menghadangnya. Ia pun akan menghadapinya banyak kesulitan, baik itu dalam bentuk teror, intimidasi, pemboikotan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemuda dai harus memiliki jiwa dan mental tangguh. Sebagai harapan bangsa dan agama, ia pun berkejiwaan untuk menjaga dan membentengi diri dari berbagai serangan musuh yang dapat melemahkan semangat jihad. Putus asa bukanlah sikap yang dapat mengantarkan seorang pemuda sebagai dai yang tangguh.
Keempat, acuan yang paling tepat untuk para pemuda dai adalah teladan para sahabat dan para tokoh utama sejarah Islam. Mereka pelaku-pelaku dakwah yang kokoh, kuat, tangguh, cerdik, dan berakhlak mulia. Dari merekalah kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga.
Kelima, satu hal yang menjadi pendorong utama bagi seorang dai adalah mengetahui keutamaan tugas suci ini, yakni tugas menanamkan nilai-nilai kebenaran di dalam dada umat manusia dan menyadarkan mereka akan hakekat kehidupan ini sebenarnya.
Mereka harus memiliki keahlian berinteraksi secara persuasif sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersikap dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Tak kalah penting juga apabila ia memiliki haibah (wibawa) yang terpancar melalui kemuliaan kepribadiannya sebagai seorang figur dai yang tangguh. Dengan demikian dakwahnya pun tidak hanya dapat menarik simpati dari banyak massa, tetapi lebih dari itu akan menjadi pelita hidayah sepanjang masa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Keenam, memperdalam keyakinan qadha dan qadar yang merupakan bagian dari akidah Islam. Dengan memperdalam akidah tentang qadha dan qadar, akan membuat dirinya selalu merasa optimis. Ia pun tidak akan pernah takut menghadapi segala macam rintangan karena sepanjang perjalanan dakwah ia selalu berpijak pada dasar takwa dan tawakal.*/Sudirman STAIL (Sumber buku Figur Pemuda Islam, penulis Hasan Al-Banna)