HAL utama yang harus dilakukan dalam pendidikan adalah merumuskan tujuan pendidikan. Karena tanpa tujuan dan niat, proses yang ditempuh akan berujung pada kegagalan.
Keberhasilan program pendidikan ditentukan oleh rumusan tujuan pendidikan. Tujuan akan mengarahkan tindakan dan perumusan tujuan pendidikan yang benar merupakan inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan perenungan filosofis.
Tujuan pendidikan dalam perspektif teori pendidikan Islam diarahkan untuk membentuk pribadi-pribadi muslim yang sempurna, yang paham hakikat eksistensinya di dunia ini serta tidak melupakan dunia akhirat.
Tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup seorang Muslim. Tujuan pendidikan di samping menekankan keimanan kepada Allah, juga menciptakan seorang Muslim yang benar. Menurut Prof Naquib al Attas, tujuan pendidikan adalah mengembalikan manusia kepada fitrah kemanusiaannya bukan pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga negara, yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai dengan perannya dalam kehidupan bernegara. Menurutnya, konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik, manusia yang sempurna sesuai dengan fungsi utama diciptakannya. Manusia itu membawa dua misi sekaligus, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai khalifah di bumi (khalifah fi al-ardh).
Menjadi Manusia yang Bertaqwa
Dalam sebuah hadits dikatakan:
عن أبي هريرة رضي الله عنه سئل رسول الله صلى الله و سلم من أكرم الناس؟ قال أتقاهم الله…
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya tentang siapa orang yang paling mulia. Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال
اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
Rasulullah bersabda “Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan kamu melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad)
Sesugguhnya Allah tidak memandang fisik dan rupa seseorang. Setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah. Akan tetapi yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa. Orang yang bertakwa adalah mereka yang mentaati semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Untuk itu, apabila ada seseorang yang mulia dengan hartanya di kehidupan dunia, belum tentu ia mulia di hadapan Allah.
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan yang tertinggi yang akan dicapai pendidikan Islam, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai idealitas Islam yang diwujudkan dalam pribadi anak didik. Maka tujuan akhir itu harus meliputi semua aspek pola kepribadian yang ideal.
Dalam konsep pendidikan itu berlangsung sepanjang kehidupan manusia, dengan demikian tujuan akhir pendidikan Islam pada dasarnya sejajar dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sabagai makhluk ciptaan Allah dan sebagi kholifah di bumi. Sebagaimana diungkapkan Hasan Langgulung bahwa “segala usaha untuk menjadikan manusia menjadi ‘abid inilah tujuan tertinggi pendidikan dalam Islam.”
Proses menuju terwujudnya manusia yang beriman dan bertaqwa merupakan tujuan pokok yang paling penting dalam ajaran Islam itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan usaha yang mantap dan sempurna dalam upaya pengembangannya. Pengembangan iman dan taqwa dapat dilakukan melalui pendidikan dengan menawarkan dan mengembangkan kembali konsep tauhid sebagai landasan filsafat pendidikannya.
Proses pendidikan dan aktivitas kependidikan harus mengacu kepada pembentukan sikap dan perilaku yang bertakwa. Demikian dengan kurikulum yang harus dirancang untuk meningkatkan ketakwaan peserta didik. Jika suatu pendidikan mampu melahirkan insan yang bertakwa maka pendidikan itu pun berhasil.
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pentingnya penyelenggaraan pendidikan keimanan dan ketakwaan sebenarnya bukan hanya merupakan pelaksanaan perintah UU No. 20 Tahun 2003 melainkan juga perintah UUD45 merupakan perintah Pancasila. Pendidikan keimanan dan ketakwaan seharusnya menjadi core pendidikan nasional, baik pada dokumen tertulis maupun pelaksanaannya.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan hidup manusia agar menjadi hamba yang mengenal Allah, senantiasa beribadah kepada-Nya, sehingga menjadi manusia yang paling bertaqwa.
Menjadi Manusia yang Berakhlak Mulia
عن جابر بن عبد الله قال, قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ان الله بعثني بتمام مكارم الأخلاق و
كمال محاسن الأفعال
Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan perbuatan.”
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من كان يؤمن باالله و اليوم الأخر فلا يؤذ جاره, من كان يؤمن بالله و اليوم الأخر فليكرم جاره, من كان يؤمن بالله و اليوم الأخر فليقل خيرا أو ليسمت
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adian Husaini mengatakan bahwa hakekat dari tujuan pendidikan yaitu mencetak manusia yang baik, sebagaimana dirumuskan oleh Prof. Naquib Al-Attas “The purpose of seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justicein man as man an individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a good man.”
Orang baik tentunya adalah manusia yang beradab. Seseorang tidak cukup hanya memiliki intelektual yang tinggi, namun ia harus menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dan memiliki akhlak mulia terhadap sesama manusia. Pendidikan menurut Islam haruslah bertujuan membangun karakter dan adab dalam diri setiap muslim.
Kualitas iman seseorang dapat diukur dengan akhlak mulia.
Semakin bagus kualitas iman seseorang akan semakin baik pula akhlaknya. Akhlak seorang yang buruk merupakan pertanda iman yang rusak.
Al-Abrasyi merumuskan tujuan pendidikan yaitu, pertama tujuan yang berorientasi ukhrawi dengan membentuk seorang hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah. Kedua, tujuan yang berorientasi duniawi, membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan hidupnya, agar hidupnya lebih bermanfaat bagi orang lain.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Salah satu indikatornya yaitu memuliakan tetangga dan menghormati tamu. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Untuk itu, sebagai seorang muslim yang baik harus memiliki empati dan rasa tanggung jawab terhadap kesulitan orang lain di sekitarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim harus bertekad bahwa apa yang ia lakukan akan bermanfaat bagi orang lain. Untuk menjadi orang yang bermanfaat cukup dengan memberikan teladan yang baik bagi orang di sekeliling kita. Dengan teladan yang kita berikan, maka hal itu akan menjadi dakwah dalam menegakkan amar ma’ruf terhadap sesama muslim.
Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Pendidikan dan pengajaran bukanlah hanya memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi juga mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa peduli, membiasakan mereka dengan kesopanan dan kejujuran. Maka tujuan pokok dan utama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.
Pada dataran pendidikan dimensi takwa yang berhubungan antara sesama manusia ini harus selalu ditumbuhkembangkan pada peserta didik agar menjadi manusia muslim yang bertumbuh secara sosial dan menjadi hamba yang shaleh yang menanamkan keutamaan sosial di dalam dirinya dan melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan.
Rasulullah telah memperlihatkan akhlak yang mulia sepanjang hidupnya. Al-Abrasyi mengemukakan bahwa beliau adalah orang yang paling baik tingkah lakunya, pemuda yang paling bersih, manusia yang paling zuhud dalam hidupnya, hakim yang paling adil dalam memutuskan perkara, pahlawan yang paling berani membela kebenaran.
Apabila misi utama Rasulullah telah menyempurnaka kemuliaan akhlak, maka proses pendidikan seharusnya menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah bahwa beliau adalah teladan utama bagi umat manusia (Al-Ahzab: 21). Untuk mencapai hal itu, akhlak mulia harus ditegaskan dalam formulasi tujuan pendidikan. */Arsyis Musyahadah, pegiat komunitas PENA Depok