Sambungan artikel PERTAMA
Bagaimana Anda mendidik anak-anak?
Begini, saya punya hati, istri punya hati, anak-anak juga punya hati. Hati-hati itu dimiliki oleh Allah. Saya tidak bisa menyetir hati-hati mereka, saya hanya bisa berdoa. Dan doa yang saya baca tiap hari adalah doa kepasrahan seperti doanya Nabi Ibrahim. ”Ya Allah, jadikan kami suami dan istri yang selalu pasrah kepadaMu, jadikanlah anak keturunan kami orang-orang yang pasrah kepada Mu. Ya Allah, bimbinglah kami semua.” Itulah cara saya berkeluarga: mengutamakan kekuatan Allah di atas kekuatan saya sendiri. Alhamdulillah, hasilnya cukup menyejukkan.
Prinsip saya, kalau kita ngurus orang lain, maka Allah yang mengurus keluarga kita.
Anak-anak Anda punya kecenderungan kuat belajar agama. Apakah itu permintaan Anda?
Kami tidak pernah memaksakan anak-anak belajar agama. Mereka yang punya kemauan sendiri. Kuncinya pada anak pertama. Dia punya niat cukup kuat untuk belajar agama di pesantren. Dia pernah belajar di sebuah pesantren di Bekasi dan Cirebon. Dia pula yang kemudian “memprovokasi” adik-adiknya untuk mengikuti jejaknya. “Kalau kamu dekat terus sama orangtua, kamu tidak akan jadi-jadi,” begitunya doktrinya kepada adik-adiknya.
Mereka semua jauh dari Anda. Tidak khawatir?
Tidak. Saya yakin, kalau kita mengurus orang lain, Allah pasti mengurus keluarga kita. Kami sebagai sebagai orangtua selalu berdoa buat mereka. Dan jangan lupa, pengaruh doa itu sangat kuat bagi anak-anak. Bisa dibedakan, antara anak yang dibimbing orangtua tanpa doa dan anak yang dibimbing orangtua dengan doa. Dengan doa ada ketenangan. Alhamdulillah, anak saya baik-baik saja walaupun jauh dari orangtua. Bahkan anak saya ada yang menjadi santri teladan.
Maksud Anda doa lebih kuat ketimbang ucapan dan tindakan?
Dalam al-Qur`an ada Surat Muzammil. Dalam surat ini kita diperintahkan shalat malam. Setelah shalat malam kita disuruh mengkaji al-Qur`an. Siapa saja melakukan dua hal itu, Allah menjamin memberikan perkataaan yang berbobot atau bermutu. Perkataan yang berbobot ini penting dalam proses pendidikan anak.
Selain itu, orang yang rajin shalat malam dan membaca al-Qur`an bakal lebih dekat pada Allah. Orang yang dekat dengan Allah, itu lebih menonjol hati nurani ketimbang perasaan dan pikirannya. Termasuk dalam mendidik anak, dia bakal lebih banyak menggunakan hati nurani. Karena menggunakan hati nurani, maka bakal nyambung dengan hati nurani anak-anak dan istri. Nah, di sinilah fungsi doa itu.
Ada contoh dalam sejarah?
Kita ingat sejarah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Ketika ingin menaklukkan Umar bin Khathab, sebelum melangkah dan bicara, beliau berdoa dulu sehingga saat bertemu dengan Umar yang bicara bukan dorongan perasaan dan pikirannya, melainkan hati nuraninya. Orang yang bicara dengan nurani, tentu beda dengan orang yang bicara atas dasar emosi dan logika.
Semua anak Anda kirim ke pesantren. Inspirasi dari mana?
Saya terisnpirasi keluarga Imran. Keluarga Imran itu kurangnya apa? Mereka merupakan gambaran keluarga yang sholeh. Tapi mengapa untuk mengasuh anaknya, Maryam, dititipkan kepada orang lain? (kisah keluaga Imran ini ada pada al-Qur’an surat Ali Imran)
Ternyata, pengaruhnya sangat nyata, antara anak yang selalu dekat dengan orangtua dibanding dengan anak yang sejak kecil sudah masuk pesantren atau jauh dari orangtua. Pengalaman saya, anak yang selalu kumpul dengan orangtua, biasanya sangat patuh pada guru, tapi jika di rumah sulit diatur. Jadi, kesimpulan saya, perbedaannya dahsyat sekali. Anak yang dekat dengan orangtua (secara fisik) cenderung melanggar aturan, justru yang jauh lebih patuh pada orangtua.
Anak Anda berjauhan, apa problem mendidik mereka?
Hampir tidak pernah ada. Alhamdulillah, semua anak saya mulus-mulus saja. Apalagi anak yang terakhir, dia takut sekali kalau ketemu wanita.
Semua anak Anda tidak ada yang sekolah di sekolah umum?
Tidak ada. Mereka tidak ada yang tertarik untuk mendapat ijazah dari sekolah. Yang penting, kata mereka, mencari ilmu. Soal ijazah gampang, bisa ikut ujian persamaan. Padahal saya sendiri juga tak punya ijazah. Saya menilai, ‘nilai berhala’ ijazah jauh lebih tinggi ketimbang manfaatnya. Karena itu saya sengaja tak mengambil ijazah di IAIN Sunan Kalijaga, padahal sudah semester akhir.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Anak saya ada yang pindah-pindah sekolah dan itu tidak masalah buat saya.
Lantas, apa yang Anda harapkan dari anak-anak?
Masing-masing anak punya bakat dan kecenderungan sendiri. Tugas kita adalah mengantarkannya. Yang terpenting masih dalam koordinasi satu jamaah. Tanpa jamaah, maka boleh dibilang segala potensi akan sia-sia.
Sebagai dai, Anda sering meninggalkan rumah, bahkan sampai berminggu-minggu. Bagamaina dengan keluarga?
Minggalkan rumah atau tidak, bagi saja sama saja. Karena toh di rumah juga tidak ada orang. Istri juga kerap memberi pengajian kepada para jamaah. Justru kalau tugas ke daerah saya malah bisa bertemu dengan anak. Misalnya ke Surabaya, saya mampir ke Darul Hijrah (pesantren tahfidz milik Hidayatullah Surabaya) menengok anak bungsu saya.
Jadi, rumah itu bagi saya seperti tempat transit saja. Dalam satu bulan, saya bisa sama sekali tidak di rumah. (Sebagai anggota Dewan Syura Hidayatullah, Anwari sering pergi ke berbagai derah melakukan tugas pembinaan di Cabang-cabang)….>>>