Sambungan artikel PERTAMA
Sidang deportasi
Namun Muhammad dipanggil ke Prasi pada 25 Maret untuk sidang pencabutan status pengungsinya.
“Dia adalah seorang Palestina dari Gaza,” pengacaranya Liliane Glock mengatakan dalam video, “ dan mereka telah mengatakan kepadanya, anda harus mengambil tindakan untuk pergi kemanapun.”
Tetapi Muhammad tidak dapat kembali ke Gaza, yang berada dalam blokade Israel-Mesir.
“Jika mereka ingin mencabut status pengungsinya itu terserah mereka dalam menunjukkan bukti bahawa dia melanggar status tersebut,” kata Glock.
Tetapi dia mengatakan bahwa sistem administrasi hukum Prancis menerima bukti yang dinamakan blanches – memo tak bertandatangan dari dinas intelejen.
Dalam keadaan darurat baru-baru ini, setelah kejahatan yang terjadi November lalu di Paris oleh tersangka anggota ISIS, apapun dapat terjadi, kata Glock.
Meskipun sebelum serangan pada November itu, Perdana Menteri Manuel Valls mengumumkan rencana untuk “menutup masjid-masjid kelompok Islam” dan “mengusir penceramah yang menyebarkan kebencian.”
Penyalahgunaan dan diskriminasi
Sejak November, Amnesty Internasional telah beberapa kali mengkritik Prancis karena tindakan keras mereka yang Amnesty katakan telah mempunyai “dampak yang tidak proporsional” pada Muslim dan orang-orang yang dituduh anggota dari kelompok kiri.
Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan pada Februari, Amensty mengatakan mereka telah mencatat kasus-kasus dimana “pemerintah membuat dugaan atas kejahatan serius yang bertujuan membenarkan persetujuan perintah penahanan rumah, dengan sedikit bukti dalam memperkuat klaim tersebut.”
Kelompok hak asasi manusia tersebut mengatakan “pemerintah biasanya mengambil keputusan untuk memerintahkan penahanan rumah atas dasar informasi yang dikumpulkan oleh dinas intelejen, termasuk memo intelejen.”
Individu yang ditargetkan oleh perintah penahanan rumah tidak diberikan akses penuh pada tuduhan yang diberikan ke mereka oleh memo intelijen, meski ketika mereka menantang perintah itu di pengadilan.
Pada akhir Januari, lebih dari 350 orang telah ditempatkan di tahanan rumah dan polisi telah melancarkan ribuan penggeledahan tanpa surat atas rumah-rumah, tempat bisnis dan masjid-masjid.
Amensty menggambarkan kasus dari orang biasa yang kehidupan mereka berubah terbalik karena tuduhan yang tidak berdasar.
“Beberapa tindakan darurat mungkin mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu, khususnya Muslim, atas dasar agama atau kepercayaan mereka,” Amnesty menyatakan.
“Secara khusus, dalam beberapa kasus Muslim mungkin telah ditargetkan karena praktek ibadah mereka, dianggap ‘radikal,’ oleh pemerintah, tanpa membuktikan mengapa mereka dianggap sebuah ancaman oleh perintah publik atau keamanan. Demikian juga masjid-masjid telah digeledah, atau dalam beberapa kasus ditutup, karena mereka diduga berafiliasi ‘radikal’, tanpa unsur jelas yang menunjuk pada komisi tindak pidana dari salah satu individu yang melarikan mereka,” Amnesty menambahkan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada Jumat, ditemani oleh pengacaranya, Muhammad akan menjalani sidang di depan OFPRA, badan yang mengadili penerimaan pengungsi dan pencari suaka di Prancis.
Keputusan dari kasus ini diharapkan keluar pada minggu depan.
Sementara itu, CCIF sedang menggalang dukungan sosial media untuk Muhammad menggunakan hashtag #MuhammedRefugie.
Menurut CCIF, negara menarik penghasilan dasar minimal pada Januari.
Pada Selasa, sebuah permohonan untuk menolong dia untuk biaya hidup telah mencapai hampir 5.000 euro.
Apapun keputusan oleh OFPRA pada Muhammad, CCIF mengatakan mereka akan “mendukungnya hingga akhir, selama hak dasarnya tidak dikembalikan.*/Nashirul Haq AR