Sambungan wawancara PERTAMA |KEDUA | KETIGA | KEEMPAT |
‘Merampok dan Berita Palsu’
LS: Mengapa AS menggunakan lagi karakteristik program Phoenix di Afghanistan? Saya bertanya khususnya terkait awal “Operasi Enduring Freedom” ketika para pemimpin Taliban pada awalnya meletakkan senjata mereka?
DV: Afghanistan merupakan studi kasus program standar Phoenix tingkat dua yang dikembangkan di Vietnam Selatan. Program tingkat dua itu adalah perang gerilya yang menarget kader “bernilai tinggi, baik untuk rekrutmen dan pembunuhan.Itulah tingkat pertama. Selain juga merupakan perang psikologis terhadap populasi penduduk sipil – membuat semua orang tahu mereka akan diculik, dipenjara, disiksa, diperas dan/atau dibunuh jika mereka bisa dikatakan mendukung perlawanan. Itu merupakan tingkat kedua – meneror penduduk sipil agar mendukung pemerintah boneka AS.
Militer AS menolak terlibat dalam bentuk peperangan yang menjijikkan ini (meniru gaya Pasukan Khusus SS Einsatzgruppen dan Polisi Rahasia Prusia, Gestapo) selama sebagian awal Perang Vietnam, namun ikut terkait dalam menyediakan tentara untuk menyempurnakan program Phoenix. Itulah ketika CIA mulai menyusupi korps petugas junior militer. Petugas CIA Donlad Gregg (ditampikan oleh revisionis penghasut perang Ken Burns dalam seri Perang Vietnam-nya) dan Rudy Enders (keduanya saya wawancarai untuk buku saya The Phoenix Program), mengekspor Phoenix ke El Salvador dan Amerika Tengah pada 1980, di saat yang sama CIA dan militer sedang menggabungkan pasukan untuk menciptakan Delta Force dan Komando Operasi Khusus Bersama untuk memerangi “terorisme” di seluruh dunia menggunakan model Phoenix. Tidak ada lagi perang konvensional, jadi militer, untuk alasan-alasan politik dan ekonomi di bawah korp petugas junior yang direkrut oleh CIA bertahun-tahun lalu, telah menjadi pasukan kepolisian de-facto bagi kekaisaran Amerika, beroperasi di 700+ pangkalan militer di seluruh dunia.
LS: Dalam bentuk apa dan gaya apa program Phoenix hari ini hidup di tanah Amerika?
DV: Karl Marx telah menjelaskan 150 tahun yang lalu bagaimana dan mengapa kapitalis memperlakukan sama semua pekerja, baik di dalam maupun luar negeri. Karena kapitalisme berevolusi dan memusatkan kekuatannya, karena memburuknya iklim, karena kesenjangan antara orang kaya dan miskin, dan karena sumber daya semakin langka, pasukan kepolisian Amerika mengadopsi strategi “anti-teror” dan taktik gaya Phoenix untuk digunakan melawan penduduk sipil. Pemerintah telah memberlakukan hukum “penahanan administratif”, yang merupakan dasar hukum bagi operasi bergaya Phoenix, jadi penduduk sipil dapat ditangkap atas dicurigai menjadi ancaman bagi keamanan nasional.
Phoenix merupakan sebuah metode birokratik yang melibatkan badan-badan koordinasi dalam pengumpulan intelejen dengan mereka yang melakukan operasi “anti-teror”, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri telah mendirikan “pusat gabungan” berdasarkan model ini di seluruh negara bagian. Jaringan informan dan operasi psikologis yang diterapkan pada rakyat Amerika juga telah menyebar sejak 9/11. Ini semua dijelaskan secara detail di buku saya, The CIA as Organized Crime.
LS: Apa pentingnya media mainstream bagi persepsi publik tentang CIA?
DV: Itu merupakan fitur yang paling penting. Guy Debord mengatakan bahwa kerahasiaan mendominasi dunia, terutama sebagai rahasia dominasi. Media mencegah anda mengetahui bahwa anda sedang didominasi, dengan menyimpan rahasia-rahasia CIA. Media dan CIA adalah hal yang sama.
Apa yang FOX dan MSNBC miliki kesamaan ialah bahwa, dalam masyarakat kapitalis yang bebas, berita merupakan komoditas. Outlet-outlet berita menarget pendengar demografis untuk menjual produk. Itu semua merupakan berita palsu, sejauh ini masing-masing outlet menutupi presentasinya dari berita yang memuaskan pelanggan. Tetapi ketika sampai pada CIA, itu tidak hanya palsu, itu racun. Hal ini merubuhkan institusi demokratis.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Setiap organisasi atau operasi bergaya Phoenix bergantung pada ambigu dan penyangkalan, demikian juga kerahasian negara dan sensor-diri media. Kebutuhan menyeluruh CIA untuk mengendalikan informasi secara penuh memerlukan keterlibatan media. Inilah salah satu pelajaran kekalahan terbesar di Vietnam yang diajarkan para pemimpin kami (orang Amerika). Pemimpin yang sangat terindoktrinasi dan dihargai dengan baik yang menjalankan pemerintahan dan media tidak akan pernah lagi membuat publik melihat pembantaian yang mereka lakukan pada penduduk sipil di luar negeri.
Rakyat Amerika tidak akan pernah melihat anak-anak termutilasi Iraq, Afghanistan, Libya dan Suriah yang terbunuh oleh pasukan tentara bayaran AS yang juga perampok dan bom-bom cluster.
Di sisi lain, pemalsuan gambaran dari penculikan, penyiksaan dan pembunuhan CIA dipuja-puja di TV dan dalam film. Menceritakan cerita yang tepat merupakan kuncinya. Berkat keterlibatan media, Phoenix telah menjadi klise untuk menyediakan keamanan internal politik bagi pemimpin-pemimpin Amerika.
LS: Apakah CIA merupakan musuh rakyat Amerika?
DV: Iya. Itu merupakan alat elit politik kaya, melakukan pekerjaan kotor mereka.*