‘Pembunuhan dan The Phoenix Program’
Sambungan wawancara PERTAMA | KEDUA |KETIGA | KEEMPAT
LS: Apakah orang-orang di CIA tahu mereka bagian dari “cabang kejahatan terorganisi pemerintah AS”? Sebelumnya, Anda telah memberi kesan terkait dengan Program Phoenix, misalnya: “Karena CIA mengkelompokkan dirinya sendiri, Saya akhirnya tahu lebih banyak tentang program ini daripada siapapun di CIA”
DV: Ya, mereka tahu. Saya berbicara lebar tentang ini di buku “The CIA as Organized Crime”. Kebanyakan orang tidak tahu apa yang polisi benar-benar lakukan.
Mereka kira polisi hanya memberi Anda tiket tilang. Mereka tidak melihat polisi yang berhubungan dengan para kriminal profesional dan menghasilkan uang dalam prosesnya. Mereka percaya bahwa ketika seorang menggenakan seragam, dia menjadi baik. Tetapi orang-orang yang masuk ke dalam penegakan hukum melakukan itu agar lebih berkuasa pada orang lain, dan dalam pengertian ini, mereka lebih banyak berhubungan dengan rekan penjahat daripada penduduk sipil yang seharusnya mereka lindungi dan layani. Mereka mencari seseorang untuk di-bully dan mereka korup. Itulah badan penegakan hukum.
CIA dihuni oleh orang-orang semacam itu, tetapi tanpa adanya pembatas. Pejabat CIA yang menciptakan Program Phoenix, Nelson Brickham, mengatakan padaku tentang rekan-rekannya: “Saya telah menggambarkan dinas Intelijen ini sebagai sebuah cara yang diterima secara sosial untuk mengekspresikan kecenderungan kriminal. Seseorang yang memiliki kecenderungan kriminal yang kuat tetapi terlalu pengecut untuk menjadi salah satunya, akan berakhir di tempat seperti CIA jika dia mendapatkan pendidikan.” Brickham menggambarkan petugas CIA sebagai orang-orang yang mencoba menjadi tentara bayaran “yang menemukan sebuah cara yang dapat diterima secara sosial untuk melakukan hal-hal itu dan, Saya akan tambahkan, mendapat bayaran yang sangat baik untuk itu.”
Sudah diketahui bahwa ketika CIA memilih agen-agen atau orang untuk menjalankan milisi atau unit kepolisian rahasia di negara asing, agensi itu memberlakukan penyaringan psikologis yang ketat. John Marks di The Search for the Manchurian Candidate mengatakan bagaimana CIA mengirim psikolog terbaiknya, John Winne, ke Seoul untuk “memilih kader awal” bagi CIA Korea. “Saya mendirikan sebuah kantor dengan dua penerjemah,” ujar Winne mengatakan pada Marks, “dan menggunakan Wechlsler versi Korea.”
Psikolog CIA memberikan tes penilaian kepribadian pada dua lusin petugas polisi dan militer, “kemudian menuliskan setengah halaman laporan per orangnya, membuat daftar kekuatan dan kelemahan mereka. Winne ingin mengetahui kemampuan setiap kandidat dalam mengikuti perintah, kreatifitas, kekurangan tentang gangguan kepribadian, motivasi – mengapa dia ingin keluar dari pekerjaannya saat ini. Kebanyakan dikarenakan uang, khususnya pada penduduk sipil.
Dengan cara ini, CIA merekrut pasukan kepolisian rahasia sebagai aset di setiap negara di mana ia beroperasi, termasuk Iraq dan Afghanistan. Di Amerika Latin, Marks menulis, “CIA … menemukan proses penilaian paling berguna untuk menunjukkan bagaimana melatih bagian anti-teroris. Menurut hasilnya, orang-orang ini ditunjukkan memiliki psikologi yang sangat bergantung dan membutuhkan arahan yang kuat.”
“Arahan” itu datang dari CIA. Marks mengutip salah satu penilai yang mengatakan, “Kapanpun pPerusahaan itu mengeluarkan uang untuk melatih seorang asing, tujuannya ialah bahwa dia pada akhirnya akan melayani tujuan kita.” Petugas CIA “tidak puas hanya bekerja sama dengan badan-badan Intelijen asing ini; mereka berusaha keras memasukinya, dan Sistem Penilaian Kepribadian memberikan bantuan yang berguna.”
Apa yang tidak banyak diketahui ialah bahwa staf manajemen eksekutif CIA jauh lebih peduli dengan memilih kandidat yang tepat untuk bekerja sebagai petugas CIA dari pada memilih agen di luar negeri. CIA mendedikasikan sebagian besar anggarannya untuk menentukan cara memilih, mengendalikan dan mengelola kekuatan kerjanya sendiri. Ini dimulai dengan menanamkan ketaatan buta. Kebanyakan petugas CIA menganggap diri mereka sebagai tentara. CIA dibangun sebagai sebuah organisasi militer dengan rantai komando keramat yang tidak dapat dilanggar. Seseorang memberitahumu apa yang harus dilakukan, kamu memberi hormat dan melakukannya. Atau kamu keluar.
Sistem pengendalian lainnya, seperti “program indoktrinasi motivasi”, membuat petugas CIA menganggap diri mereka spesial. Sistem-sistem seperti itu telah disempurnakan dan diberlakukan selama tujuh dekade terakhir untuk membentuk keyakinan dan respon para petugas CIA. Sebagai balasan karena menyerahkan hak-hak hukum mereka, mereka mendapatkan imbalan dari sistem penghargaan – yang paling penting, petugas CIA kebal terhadap tuntutan atas kejahatan mereka. Mereka menganggap diri mereka sebagai Segolongan Kecil yang Terlindungi dan, jika mereka dengan sepenuh hati merangkul budaya dominasi dan eksploitasi, mereka dapat mencari pekerjaan yang nyaman di sektor swasta ketika mereka pensiun.
Staf manajemen eksekutif CIA memisahkan berbagai divisi dan cabang sehingga petugas CIA individu dapat tetap terpisah. Karena telah didoktrin dengan kuat, mereka secara buta patuh pada dasar “perlu mengetahui”. Sistem ini melembagakan pembodohan diri dan penipuan diri yang terus berlanjut, dalam pikiran sesat mereka, ilusi keadilan Amerika, di mana motivasi mereka melakukan segala macam kejahatan ditentukan atas nama keamanan nasional. Dan fakta bahwa kebanyakan dari mereka adalah sosiopat.
Itu merupakan sistem yang diatur sendiri. Seperti yang dijelaskan Agen FBN Martin Pera, “Jika Anda sukses karena Anda dapat berbohong, curang, dan mencuri, hal-hal itu akan menjadi alat-alat yang Anda gunakan dalam birokrasi.”
LS: Dapatkah Anda dapat memberitahu kami apa makna dibalik istilah yang biasa Anda gunakan, “Universal Brotherhood of Officers”?
DV: Golongan penguasa di semua negara melihat rakyat yang dia pimpin sebagai makhluk yang lebih kecil untuk dimanipulasi, digerakkan dan dieksploitasi. Para penguasa membangun segala macam sistem – yang berfungsi sebagai protection racket (skema ilegal untuk mendapatkan uang, memberi jaminan keamanan di luar hukum, termasuk memalak dan kekerasan hingga terlibat dalam kejahatan kerah putih) – untuk menjamin hak prerogatif golongan mereka.
Militer merupakan kekuatan yang sesungguhnya ada di semua negara, dan militer di setiap negara memiliki rantai komando di mana kepatuhan buta keramat dan tidak dapat diganggu gugat. Para petugas CIA tidak bergaul dengan orang-orang yang terdaftar karena mereka pada beberapa titik akan mengirim mereka pada kematian mereka. Terdapat korp para perwira di setiap militer, serta di setiap birokrasi dan setiap golongan penguasa di setiap negara, yang memiliki lebih banyak kesamaan dengan petugas para petugas militer, top birokrat, dan penguasa di negara lain, daripada dengan orang-orang hina yang bisa dieksplotasi dan dibuang di negara mereka sendiri.
Polisi merupakan anggota dari Universal Brotherhood of Officers (petugas persaudaraan universal). Mereka berada di atas hukum. Petugas CIA berada di puncak persaudaraan itu. Dikaruniai dengan identitas-identitas palsu dan pengawal, mereka terbang dengan pesawat-pesawat pribadi, tinggal di vila dan membunuh dengan teknologi modern. Mereka memberitahu para jenderal apa yang harus dilakukan. Mereka mengarahkan komite-komite Kongres. Mereka membunuh kepala negara dan membunuh anak-anak tidak bersalah dengan kekebalan dan dengan ketidakpedulian. Semua orang bagi mereka, kecuali atasan mereka, dapat dibuang.
Perdagangan Narkoba
LS: Menurut pendapat Anda, adalah “rahasia terdalam Lembaga Keamanan Nasional” itu bahwa ia terlibat dapat perdagangan narkoba dunia. Bagaimana keterlibatan ini terjadi?
DV: Ada dua aspek di manajemen dan pengendalian CIA pada perdagangan narkoba internasional, atas nama kepentingan perusahaan yang menguasai Amerika. Penting untuk dicatat bahwa keterlibatan pemerintah AS dalam perdagangan narkoba telah dimulai sebelum CIA ada, sebagai alat untuk mengendalikan negara, serta politik dan gerakan sosial di dalam mereka, termasuk Amerika. Keterlibatan langsung dimulai pada 1920-an ketika AS membantu rezim Nasionalis Chiang Kai-Shek di China mendukung dirinya sendiri melalui perdagangan narkotika.
Selama Perang Dunia II, pendahulu CIA, OSS, menyediakan opium untuk geriliyawan Kachin yang bertempur melawan Jepang. OSS dan militer AS juga membangun hubungan dengan dunia kriminal Amerika selama Perang Dunia II, dan kemudian diam-diam memberikan perlindungan bagi pedagangan narkoba Amerika yang mereka pekerjakan untuk melakukan pekerjaan kotornya di dalam dan luar negeri.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Setelah Nasionalis itu diusir dari China, CIA menempatkan pedagang-pedagang narkoba itu di Taiwan dan Burma. Pada tahun 1960an, CIA telah menjalankan perdagangan narkoba di seluruh Asia Tenggara, dan memperluas kekuasaannya di seluruh dunia, khususnya menuju Amerika Selatan, tetapi juga ke seluruh Eropa. CIA mendukung sekutu pedagang narkobanya di Laos dan Vietnam.
Jenderal Angkatan Udara Nguyen Cao Ky, ketika menjabat pada 1965 sebagai kepala direktorat keamanan nasional Vietnam Selatan, menjual pada CIA hak untuk mengelola milisi-milisi swasta dan membangun pusat interogasi di setiap provinsi, sebagai balasan untuk kontrol atas hak penyelundupan narkoba yang menggiurkan. Melalui tokoh kuatnya, Jenderal Loan, Ky dan kelompoknya mendanai apararatur politik dan pasukan keamanan mereka dari keuntungan opium. Semuanya dengan bantuan CIA.
Resiko memiliki hubungan dengan pedangan narkoba di Asia Tenggara terungkap, menAndai awal dari aspek kedua. – penyusupan CIA dan pembajakan berbagai badan pemerintah yang terlibat dalam penegakan hukum narkoba. Pejabat Senior Amerika meminta agar Biro Narkotik dibubarkan dan diciptakan kembali pada 1968 di Departemen Keadilan sebagai Biro Narkotik dan Obat-obatan Berbahaya (BNDD). CIA dengan cepat mulai menyusupi tingkat-tingkat tinggi BNDD bertujuan untuk melindungi sekutu perdagangan narkobanya di seluruh dunia, khususnya di Asia Tenggara.
Cabang Counter-Intelijen CIA, di bawah James Angleton, telah menjadi penghubung dengan badan-badan narkoba ini sejak 1962, tetapi pada 1971 pekerjaan itu dilimpahkan pada divisi operasi CIA. Pada 1972, petugas CIA Seymour Bolten ditunjuk sebagai Asisten Khusus direktur CIA terkait Koordinasi Narkotika. Bolten menjadi penasihat William Colby dan nantinya DCI George H.W. Bush. Pada 1973, dengan adanya pendirian DEA, CIA sepenuhnya menguasai semua operasi penegakan hukum narkoba di luar negeri dan juga dapat melindungi pedagang-pedagang narkobanya di AS. Pada 1990 CIA mendirikan pusat anti-narkotikanya sendiri, namun dilarang menjalankan fungsi penegakan hukum domestik apapun.*>> (Bersambung) PERTAMA |KEDUA | KETIGA | KEEMPAT | ‘Narkoba dan tangan kotor CIA di Afghan’