Hidayatullah.com– Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban, Prof Din Syamsuddin menjelaskan, untuk menanggulangi kerusakan dunia yang bersifat akumulatif, diperlukan negara atau koalisi negara-negara dengan posisi tengahan (median position).
“Indonesia, dalam hal ini, merupakan negara dengan posisi tengahan dan orientasi jalan tengah (the middle way),” ujar Din saat menjadi pembicara pada The 9th World Chinese Economic Summit (Pertemuan Puncak Ekonomi China) di Hongkong, Senin (13/11/2017). Pertemuan puncak tersebut merupakan agenda tahunan para Tionghoa diaspora dari seluruh dunia.
Baca: Puji Partai Komunis: PM Singapura: Banyak yang Sedang Perhatikan ‘China yang Kuat’
Sebelumnya ketika ditanya moderator, negara mana yang tepat dan selama dua dasawarsa terakhir menerapkan kekuatan lembut (soft power), Din secara spontan menyebut Indonesia, yang langsung disambut tepuk tangan sebagian peserta yang memenuhi ballroom Shangrila Hotel.
Dalam kaitan kebangkitan China dewasa ini, Din menegaskan harus diselenggarakan dalam suatu wawasan kawasan Asia Timur dan lewat mekanisme internasional.
Jika tidak demikian, tandas Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, kebangkitan China dengan ambisi One Belt One Road (OBOR) akan potensial menimbulkan ketegangan dunia.
“Karena China hanya melanjutkan perilaku Amerika Serikat yang hegemonik,” imbuhnya sebagaimana rilis diterima hidayatullah.com, Senin.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Baca: Sri Lanka Negara Asia Pertama Masuk Perangkap Utang China
Din pun menyerukan agar budaya hubungan internasional berlangsung atas semangat dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan, dan berorientasi pada kesadaran akan Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, dan Satu Tanggung Jawab (One Humanity, One Destiny, One Responsibility).*