Hidayatullah.com– Menanggapi banyaknya ulama yang mendukung calon presiden tertentu, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr Anwar Abbas, menganggap hal itu sah-sah saja. Setiap orang, kata dia, berhak berpendapat.
“Tapi yang kita harapkan adalah kalau terjadi perbedaan pendapat, harus ada tasamuh (toleransi), saling mengerti, supaya kesatuan dan persatuan tidak terkoyak,” ujarnya kemarin kepada awak media termasuk hidayatullah.com usai rapat pleno Dewan Pertimbangan MUI di kantor MUI Pusat, Jakarta.
Karenanya ia mengimbau kebersamaan, persatuan, dan kesatuan harus dikedepankan daripada kepentingan kelompok atau partai.
Senada dengan Anwar, Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Prof Din Syamsuddin, memandang, berkumpulnya ulama untuk memutuskan pandangan politiknya adalah hak mereka.
“Sangat absah. Tidak boleh ada yang menghalangi dan menolak mereka,” tegasnya.
Tapi juga sangat absah dan punya hak, kata Din menambahkan, bagi ulama lain yang berkumpul untuk memutuskan pandangan politiknya.
Yang tidak baik itu, menurut Din, adalah kecenderungan monopolistik.
“Jangan memonopoli jalan ke surga. Surga itu milik semua orang-orang beriman dan yang berjuang untuk kepentingan masyarakat. Walaupun berbeda jalur perjuangannya,” ucapnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Din berpesan perbedaan calon atau kepentingan dalam Pemilu tidak perlu merusak persaudaraan antar sesama Muslim atau sesama anak bangsa.
“Walaupun berbeda tapi tetap bersaudara,” pungkasnya.* Andi