Hidayatullah.com–Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat menggelar kegiatan dialog kebangsaan di Hotel Grand Asrilla Kota Bandung menghadirkan narasumber Pakar Hukum Tata Negara Prof.Dr Yusril Ihza Mahendra SH, Kamis (21/9/2017), dihadiri lebih 100 tokoh Jawa Barat.
Dalam acara yang bertepatan dengan 1 Muharram 1439 H ini, mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) tersebut menyampaikan bahwa umat Islam Indonesia harus membangun kekuatan politik untuk membela bangsa dan negara dari setiap upaya infiltrasi baik dari dalam maupun luar negeri yang bertujuan untuk melemahkan kekuatan bangsa.
Negara berdasarkan Pancasila, menurut Yusril adalah negara yang sejalan dengan ajaran-ajaran Islam sehingga umat Islam harus berada di barisan terdepan dalam membela dan membangun bangsa.
“Inilah salah satu hal akan pentingnya umat Islam mempunyai kekuasaan politik agar mampu mengarahkan perjalanan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik di masa depan. Jika umat Islam acuh tak acuh kepada politik Islam, bahkan mendukung kekuatan politik sekuler apalagi berhaluan kiri atau liberal, maka cita-cita para pendiri bangsa untuk membangun negara berdasarkan Pancasila akan makin jauh,”tegasnya.
Baca: Yusril Sebut Ajakan Jokowi Pisahkan Agama dan Politik Timbulkan Kesalahpahaman
Sekularisme, sambung Yusril, dapat menenggelamkan Pancasila. Sementara liberalisme dan kapitalisme akan menyebabkan tergadainya bangsa dan negara kepada kekuatan asing. Apalagi komunisme, imbuhnya, paham komunis akan membuat Pancasila dan umat Islam mengalami hancur lebur seperti yang terjadi dalam beberapa kali pemberontakan PKI.
“Pancasila mengajarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan, mengedepankan asas kerakyatan dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan setiap urusan, dan bercita-cita untuk menegakkan tatanan masyarakat yang berkeadilan social,”ujar Yusri yang juga Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) ini.
Ia menambahkan, jika umat Islam tidak memegang tampuk kekuasaan politik, maka Pancasila akan ditafsirkan sedemikian rupa untuk kemudian dibenturkan dengan ajaran-ajra Islam. Pengalaman sejarah tahun 1959-1965 menurutnya, membenarkan adanya pembenturan Islam dengan Pancasila itu.
Akibatnya pembenturan itu, maka yang menguat adalah Komunisme. Padahal sejatinya justru Komunislah yang bertentangan dengan Pancasila. Karena itu, Yusril mengingatkan generasi Islam agar kritis dalam memahami sejarah bangsa, khususnya terkait dengan ancaman kegiatan PKI dan Komunisme di masa yang lalu.
“Islam tidak mungkin dapat dikompromikan dengan komunisme karena Islam musuh komunisme,”tegasnya.
Sementara itu Ketua API Jabar Asep Syarifudin mengatakan urgensi digelarnya acara tersebut salah satunya adalah momentum tahun baru hijriyah untuk membangun ukhuwah dan silaturahmi antar tokoh dan elemen ormas serta gerakan dakwah di Jabar. Ia menambahkan umat Islam merasa prihatin dimana Indonesia yang sudah merdeka lebih dari 72 tahun dan telah dipimpin oleh 7 presiden namun semboyan adil,makmur dan sejahtera masih belum terwujud.
“Kondisi umat Islam yang mayoritas di negeri ini sejak kemerdekaan hingga saat ini makin terpuruk dan termarjinalkan. Padahal sebagai mayoritas harusnya mempunyai posisi dan peran serta mampu menentukan arah kebijakan nasional,”ujarnya.
Disisi lain,menurut Asep, Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia mempunyai potensi dan peran yang strategis. Demikian juga posisi geografisnya yang terhubung langsung dengan Ibu Kota Negara (DKI Jakarta) menjadi mitra terdepan pemerintah pusat dalam segala hal.
“Penduduk Jabar ini lebih dari 45 juta jiwa atau lebih dari 19 % dari total penduduk Indonesia. Tentunya tokoh-tokoh Jawa Barat ini juga ingin memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan bangsa ini. Tokoh Jabar ini bukan klaim sepihak dan juga bukan tokoh karbitan. Ini lebih dari 150 tokoh baik dari kalangan akademi,guru besar,pengasuh ponpes,pimpinan ormas,politisi,usahawan dan sebagainya. Tentunya mereka ini mempunyai potensi masing-masing yang luar biasa jika bersatu,”imbuhnya.
Sementaranya diundangnya Prof Yusril sebagai narasumber dalam acara ini, menurut Asep, Prof Yusril mempunyai rekam jejak dan kontribusi yang besar serta nyata dalam membangun bangsa Indonesia. Kepedulian dan keberpihan Prof Yusril bagi bangsa dan Negara serta khususnya umat Islam tidak perlu diragukan lagi. Kehadiran mantan Kemenkumham dan Pakar Hukum Tata Negara ini diharapkan dapat memberikan pencerahan dan bekal para tokoh yang hadir untuk terus berjuang dan membangun masyarakat baik lokal Jabar maupun berkontribusi pada kebijakan nasional.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Umat Islam saat ini tengah dimarjinalkan dengan berbagai persoalan seperti pembubaran ormas,kriminalisasi ulama,tudingan anti kebhinekaan,anti NKRI, masalah PKI dan sebagainya. Tentunya ini harus diselesaikan bukan oleh orang lain melainkan kita selaku umat Islam yang terus dipojokan ini,”tambahnya.
Asep sendiri berharap lewat pertemuan dan dialog sepertinya ini dapat disusun langkah strategis dalam menyelesaikan dan menghadapi persoalan kebangsaan maupun keumatan. Rencananya kegiatan serupa akan dilaksanakan secara rutin dengan menghadirkan tokoh-tokoh nasional yang mempunyai kepedulian, visi misi serta perjuangan yang jelas untuk kepentingan bangsa dan Negara.
“Insya Allah akan kita agendakan dan berkelanjutan, beberapa tokoh sudah kita hubungi dan Insya Allah siap hadirkan untuk berdialog dan memberikan wawasan serta pencerahan,”pungkasnya.
Hadir dalam kesempatan tersebu lebih dari 150 tokoh Jabar dari berbagai kalangan (Ulama, Akademisi, Pimpinan Ormas/ Pergerakan, Advokat, Politisi, Insan Media, Serikat Pekerja, Pengusaha, dan sebagainya.*/Abu Lutfi Satrio (Bandung)