Hidayatullah.com–Ulama dan cendekiawan muslim kelahiran Cianjur, Prof.Dr.KH.Miftah Faridl (73) secara aklamasi terpilih kembali untuk memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung periode 2016 – 2021.
Kiai Miftah, demikian ia akrab dipanggil di pilih tim formatur dalam Musyawarah Daerah (Musda) IX MUI Kota Bandung 2016 yang berlangsung Selasa (31/05/2016).
Dalam sambutan singkatnya usai ditetapkan sebagai Ketua Umum MUI Kota Bandung, Kiai Miftah kembali mengingatkan kepada kaum muslimin khususnya pengurus dan anggota MUI bahwa ke depan tantangan dakwah umat Islam semakin berat dan beragam.
Menurutnya secara garis besar tantang dakwah ummat Islam ada dua yakni yang bersifat global dan lokal. Ia menyebut secara global tantang ummat Islam itu antara lain derasnya arus informasi yang sadar atau tidak secara perlahan namun pasti akan berpengaruh pada perilaku,sosial ekonomi hingga budaya.
“Masalah narkoba hingga munculnya LGBT adalah salah satu contohnya. Sementara masalah lokal diantaranya adalah munculnya aliran dan paham sesat seperti Gafatar,”ungkapnya Guru Besar ITB ini.
Untuk itu Kiai Miftah mengajak peran ulama baik yang terhimpun dalam MUI maupun yang di luar untuk bisa melihat lebih jeli permasalahan dan tantangan dakwah tersebut. Selain itu menurutnya tindakan dan sikap responsif dalam bertindak dengan tetap mengedepankan sikap uswatun hasanah bagi ummat.
Selain itu ia juga mengingatkan bahwa sudah saatnya dalam menjawab sekaligus menghadapi tantangan dakwah dan keumatan tersebut tidak hanya dilakukan dengan semangat saja, melainkan harus dengan cerdas pula. Menurut Kiai Miftah dakwah dengan semangat saja tidak cukup namun harus dibarengi dengan dakwah yang cerdas.
“Dakwah cerdas menyangkut metode sehingga akan mengefektifkan kerja dakwah di tengah ummat. Sebab tantangan dan problematika ummat juga berkembang maka harus ditempuh dengan cara yang cerdas dan smart,”ungkapnya.
Untuk itu dalam kepengurusan MUI yang dipimpinnya akan lebih banyak melibatkan kalangan akademi (kampus) sebagai motor dalam merumuskan dakwah yang cerdas dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah. Sementara terkait spirit Kota Bandung dengan semangat “Bandung Juara” harus tetap dibarengi dengan semangat “Bandung Agamis”. Sebab, sambung Kiai Miftah, pembangunan yang bersifat fisik akan bermakna semu jika mental spiritualnya rapuh. Kota Bandung sebagai ikon kota budaya,wisata dan pendidikan harus dibarengi dengan penguatan bidang spiritual relijius masyarakat.
“Bandung Juara harus kita dukung namun harus kita maknai juara lahir batin. Lahir terlihat sebagai pemenang namun batinnya juga harus tetap terisi dengan semangat keagamaan yang kokoh, spiritual yang tinggi sehingga juara yang mendatangkan keberkahan semua warganya,” ajaknya.
Berkenaan dengan hal tersebut MUI akan mendukung program-program Pemerintah Kota Bandung yang bersifat penguatan fisik juga penguatan mental spiritual yang bernuansa religius seperti pencanangan “Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji” (Gemar Mengaji) maupun “Gerakan Ayo Berzakat” yang dicanangkan beberapa waktu lalu. Untuk itu kerjasama dengan berbagai pihak termasuk dengan Pemkot Bandung perlu terus dilakukan untuk mewujudkan “Bandung Agamis”.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hal senada juga diungkapkan Wakil Wali Kota Bandung Oded M.Danial yang hadir membuka acara Musda tersebut. Dalam sambutan ia menyampaikan bahwa pembangunan dan kemajuan Kota Bandung yang bersifat fisik harus pula diikuti dengan pembangunan dan kemajuan warganya dalam hal spiritual keagamaan warganya.
“Peran ulama dalam mengawal program kerja Pemkot Bandung sangat kita butuhkan sehingga makna keberhasilan pembangunan yang kita capai bisa bermakna yang sebenarnya yakni maju lahir dan batin,”ungkapnya.
Musda ke IX yang mengambil tema “Bandung Bermartabat Dalam Bingkai Islam Wasathiyah” ini dihadiri seratusan peserta selain pengurus juga perwakilan MUI Kecamatan se- Kota Bandung. Hadir pula Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Kota Bandung Dr.H.Umar Yusuf.*