Hidayatullah.com–Selama ini acara-acara atau kegiatan yang dilakukan kelompok Syiah khususnya yang dilakukan di Yayasan Muthahhari Jl.Kampus II Babakansari Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung seolah berjalan tanpa menimbulkan masalah bagi warga sekitar.
Namun sejatinya warga sekitar yayasan milik Jalaluddin Rakhmat tersebut merasa resah dan terganggu dengan digelarnya beberapa acara yang dihadiri banyak orang tersebut. Terbuki dengan keresahan beberapa warga yang berdekatan dengan yayasan tersebut.
“Sebenarnya kita merasa tidak nyaman dan terganggu dengan acara-acara seperti Idul Ghadir atau Asyuro khususnya yang digelar malam hari dan hari kerja. Jangan dikira menikmati, tidak. Selama ini kita hanya memberi toleransi saja pada mereka,”ujar DD (58), seorang warga setempat kepada hidayatullah.com, Kamis (22/10/2015)
Warga Rw 11 Kel. Babakansari yang rumahnya beberapa meter dari SMA Plus Muthahhari ini juga mengaku semakin tidak nyaman khususnya menjelang acara besar yang melibatkan banyak massa di sekolah tersebut.
Untuk menunjukan keresahan dan ketidaknya nyamanan tersebut DD dan beberapa warga lainnya bahkan memasang spanduk penolakan acara Asyuro di lingkungannya.
Ia mencontohkan terjadinya insiden Rabu (21/10/2015) malam, tepat pukul 22.30 WIB, di mana terjadi adu mulut dan saling dorong antara massa dan komunitas Syiah dari Ikatan Jamaah Ahlul Bait (Ijabi) di depan Kantor Muthahhari. Adu mulut terjadi akibat adanya pemasangan spanduk penolakan perayaan Asyuro kemarin semakin menguatkan keresahan tersebut dan kawatir jika semakin membesar. [baca: Warga Babakansari Menolak Perayaan Asyuro]
“Contohnya Rabu malam ada yang mencoba menurunkan sepanduk kita padahal mereka bukan warga di sini. Warga sekitar saja menolak, kenapa warga jauh yang marah? Alhamdulillah pelaku sudah kita amankan di kantor polisi. Terus terang kita juga kawatir jika sampai ada konflik fisik lalu membesar seperti kasus Sampang Madura beberapa tahun lalu,” imbuhnya.
Sementara terganggunya ketenangan warga jika ada acara di Muthahhari juga disebabkan adanya beberapa akses jalan yang ditutup dan penuhnya parkir kendaraan para peserta hingga jalan raya.
Menurut DD beberapa temannya juga kesulitan ketika hendak pulang ke rumah sendiri, khususnya saat malam hari.
Selain itu ia juga merasa terganggu secara psikologis karena tinggal di sekitar Muthahhari kemudian ada orang luar yang mengaitkan bahwa dirinya penganut Syiah.
“Di luaran Muthahhari ini sudah terkenal sebagai yayasan milik orang Syiah lalu kalau ada yang nanya, rumahnya di mana? Kita jawab, “Babakansari” Oh dekat dengan Muthahhari, Syiah dong. Kita kan jadi nggak enak. Kalau dekat maksudnya rumahnya nggak apa-apa, tapi kalau dekat yang dimaksud pemahamannya, itu tidak bisa kita terima,” jelas DD yang mengaku sejak kecil tinggal di daerah tersebut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Meski menolak acara peringatan Asyuro, dirinya bersama warga berjanji akan menyampaikan dengan bijak dan tertib sehingga tidak sampai menimbulkan konflik.
“Pemasangan spanduk itu salah satu cara kita melakukan penolakan. Kita harap pihak Muthahhari juga bisa mengerti dan tidak memaksakan diri apalagi jika sampai mengundang massa. Saran saya jangan memancing konflik yang dapat menganggu kondusivitas warga. Selama masih bisa dicegah kenapa tidak kita dicegah,”pungkasnya.*