Hidayatullah.com—Di antara salah satu cara menangkal pergerakan Syiah di Indonesia salah satu mempopulerkan nama-nama Khulafaur Rasyidin, para Sahabat Nabi, dan Ummul Mukminin.
Demikian salah satu pendapat Prof Dr Muhammad Baharun MA, Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Menurut Baharun, saat ini penggunaan dan sosialisasi nama-nama tersebut sudah sangat menurun.
“Beri nama anak-anak kita Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Bayi baru lahir beri nama-nama sahabat Nabi. Juga nama-nama Ummul Mukminin, seperti Aisyah. Selain itu juga nama-nama lembaga, masjid dan mushalla, sekolah, nama-nama asrama,” ujar Baharun saat berorasi pada deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah di Masjid Al-Fajr, Jalan Cijagra Raya Buah Batu, Bandung, Jawa Barat, Ahad (20/4/2014) lalu.
Selain itu, para dai harus diberi pembekalan terkait ancaman bahaya ajaran yang menyesatkan.
“Pembekalan da’i tentang Syiah ini sudah dilakukan di beberapa daerah. Ancaman Syiah ada dua, pertama ancaman terhadap akidah, yang kedua ancaman terhadap negara. Ini mulai disadari dalam diskusi-diskusi di Lemhanas bahwa acaman Syiah ini bukan main-main. Tidak hanya akidah, tetapi juga terhadap negara,” papar Baharun.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Yang tidak kalah penting adalah melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan MUI Pusat.
“Menghadapi Syiah Rafidah ini perlu persatuan umat. MUI sebagai wadah representatif para ulama harus digandeng, sehingga gerakan (Aliansi Nasional Anti Syiah) ini bisa berdaya,” kata Baharun.*