Sambungan berita PERTAMA
- Trump mentweet pada Rabu bahwa Rusia harus “bersiap” untuk rudal “pintar”
- Pesawat tempur AS terlihat di perbatasan
- Presiden Emmanuel Macron mengatakan Prancis memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah melancarkan serangan gas klorin dan menegaskan negaranya tidak akan mentolelir “rezim yang berpikir apapun diperbolehkan”
- Theresa May melakukan pertemuan dengan Kabinet untuk mempertimbangkan apakah akan “mengambil tindakan” untuk menghalangi penggunaan senjata kimia oleh Assad
- Narasumber di Westminster memberi kesan bahwa serangan AS mungkin terjadi akhir minggu ini – sebelum Parlemen kembali dari libur Paskah pada Senin.
Para pejabat AS mengatakan mereka memiliki bukti Assad membunuh (menggunakan zat kimia, red) bangsanya sendiri sebagaimana terungkap dalam serangan mematikan yang telah menewaskan 70 orang di Douma, Ghouta Timur minggu ini.
Sumber-sumber tadi malam mengklaim Amerika sedang mempertimbangkan menyerang sejumlah situs termasuk dua lapangan terbang Suriah, pusat penelitian dan fasilitas senjata kimia.
Sementara itu, militer Suriah juga beritakan telah menggerakkan jet tempurnya ke lapangan udara yang dikendalikan Rusia.
Dalam tanda upaya putus asa untuk menghentikan pembalasan yang meningkat menjadi perang besar, Kremlin mengatakan sebuah saluran antara militer Rusia dan AS di Suriah telah “aktif”.
Baca: Pemimpin Dunia Beri Sinyal Dukungan Serang Rezim Bashar
Donald Trump dinilai telah menceburkan Barat ke dalam ketidakpastian dengan menunjukkan bahwa dia memiliki pemikiran kedua tentang aksi militer.
Mengambil pernyataannya dalam kicauan terbaru via akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, “Tidak akan pernah mengungkapkan kapan serangan ke Suriah akan terjadi. Bisa saja segera atau tidak secepat itu,” ancamnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Hanya beberapa jam kemudian, ia mengatakan kepada media AS, “Kami sangat serius, sangat erat dengan seluruh situasi dan kita akan melihat apa yang terjadi orang-orang.”
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terpisah menegaskan bahwa Barat memiliki “bukti” Bashar al Assad berada di belakang pembantaian dengan menggunakan senjata kimia di Douma.
Dan dia mengatakan, Prancis dan AS akan memutuskan tanggapan “pada saat kami memilih, ketika kami menilai itu sebagai yang paling berguna dan paling efektif”, ujarnya.*/Nashirul Haq AR