Hidayatullah.com—Lebih dari 1 juta orang dewasa di Amerika Serikat tahun 2017 meminjam uang untuk menggelar pesta pernikahan impian mereka, menurut situs perbandingan keuangan pribadi Finder dot com.
Dilansir RT Ahad (8/7/2018), menurut Finder rata-rata uang yang dipinjam orang dewasa Amerika untuk menggelar pesta pernikahan $3.082 (sekitar 44,2 juta rupiah).
Pernikahan menjadi mahal karena daftar belanjanya terdiri dari pernak-pernik yang tidak murah seperti gaun pengantin, sewa tempat, kartu undangan, katering, serta dekorasi bunga dan sewa mobil pengantin.
Data menunjukkan, dari 126 juta orang dewasa di Amerika Serikat sebanyak lebih dari satu juta di antaranya menikah tahun lalu.
Menurut temuan Finder, 80% orang dewasa yang berutang pada tahun 2017, khususnya untuk membiayai pesta pernikahan, jumlah utang mereka jika digabungkan total mencapai $3,48 miliar ($1 sekitar Rp14.367). Kebanyakan pasangan yang menikah itu berutang menggunakan kartu kredit (35,7 persen) atau lewat pinjaman pribadi (28,6 persen) untuk membayar biaya pesta pernikahannya.
Hasil studi itu juga mendapati bahwa hampir satu dari setiap lima pasangan yang menikah (21,4 persen) meminjam uang tersebut dari keluarga atau teman-temannya.
♥Tren Pernikahan Mewah Bikin Warga Uganda Terlilit Utang♥
“Dalam masalah pendanaan pernikahan, penting untuk tidak hanya mengkaji kemampuan anda untuk membayar kembali uang pinjaman tersebut, tetapi juga menentukan cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghemat biaya tanpa mengorbankan hari istimewa anda,” kata Jennifer McDermott, seorang penasihat konsumen Finder.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Oleh karena syarat dan ketentuan pinjaman sangat berbeda satu dengan lainnya, perlu diperhatikan APR (annual percentage rates) dan kesepakatan soal periode pengembalian pinjaman. Begitu pembayaran cicilan dimulai, anda akan dikenai beban utang pokok dan akumulasi bunganya,” kata McDermott.
“Ingat, kesenangan satu hari tidak sebanding dengan bertahun-tahun stres akibat masalah keuangan,” imbuhnya.*