Hidayatullah.com—Dalam rangka memamerkan kekayaan atau demi mendapatkan status sosial, dan karena tidak ingin kalah dari tetangga, banyak orang di Uganda sekarang ini berlomba-lomba menyelenggarkan pernikahan mewah.
Saat ini, usaha penyelenggaraan pesta pernikahan merupakan bisnis besar di Uganda. Pasangan pengantin berlomba-lomba memesan gaun yang indah, menyewa tempat acara yang bergengsi dan tentunya menyedot dana super besar.
Seorang wedding planner di Uganda bernama Rita memberikan sejumlah tips bagaimana menyelenggarakan pesta pernikahan yang mewah, sehingga banyak orang-orang berdecak kagum. Namun, tak lupa dia pun memperingatkan perihal konsekuensi pahitnya, yaitu utang yang menggunung.
“Kami di sini, Uganda, senang dengan pesta pernikahan. Saya Rita seorang wedding planner di Kampala. Apabila Anda ingin menyelenggarakan pernikahan yang menakjubkan di Uganda, berikut tips unggulan dari saya,” kata Rita di depan kamera BBC dalam program Money & Power (21/6/2018).
Pertama, jangan lupakan tradisi. “Di Uganda, Anda tidak bisa menyelenggarakan pernikahan di gereja tanpa mengunjungi para orangtua. Sebelum Anda melakukan hal itu, Anda tidak dapat melanjutkan proses pernikahan ke tahap selanjutnya,” kata Rita.
Kedua, pilih tempat acara yang mengagumkan. Pasangan yang akan menikah di Uganda sekarang ini menghabiskan uang ribuan dolar untuk tempat acara pernikahan mereka. Sementara orang pada umumnya menggelar pesta di rumah, tetapi di masa kini tidak sedikit orang yang memilih resor atau tempat wisata untuk menggelar pesta pernikahannya. “Perlu diingat bahwa setiap orang ingin tempat acara yang mengagumkan,” kata Rita.
Ketiga, buat dekor yang dapat menimbulkan efek OMG (Oh my God!) di benak orang-orang yang hadir. Hadirin sebisa mungkin harus dibuat terkagum-kagum dengan dekorasi tempat resepsi pernikahan. Ekspresi semacam “Oh my God, kamu lihat gak?” harus bisa dimunculkan ketika orang berada di tempat acara, kata Rita.
Keempat, hiburan musik harus mampu membuat tamu undangan bergoyang. “Kami orang Uganda sangat senang berdansa. Kami akan berjoget menari di pernikanan Anda dan bersenang-senang,” ujar Rita.
Kelima, sajikan hidangan istimewa. “Di sini kami sajikan makanan tradisional, rangkaian buah-buahan di atas meja di sana. Tukang kateringnya melakukan pekerjaan yang luar biasa,” kata wedding planner itu seraya memperlihatkan meja-meja berisi makanan dalam sebuah acara pesta pernikahan. “Memberi makan 1.500 orang merupakan perkara besar,” ujarnya.
Namun, pesta pernikahan yang mewah itu bukan tanpa masalah.
Sebagian pasangan mempelai kewalahan akibat menghabiskan banyak uang hanya untuk membuat keluarga, teman dan tetangganya berdecak kagum di hari pernikahan mereka.
Rita mengunjungi salah satu kliennya yang menikah dua tahun silam.
“Sekarang ini mereka menghadapi kesulitan keuangan, akibat biaya-biaya yang harus mereka keluarkan untuk pernikahan. Mereka terlilit utang dan hal itu berdampak besar pada perkawinan mereka,” kata Rita sambil berjalan menuju ke rumah kliennya tersebut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Moses adalah seorang pastor muda yang hidupnya mengandalkan donasi dari masyarakat. Istrinya, Joan, merupakan ibu muda dan hanya memiliki pekerjaan serabutan.
“Saya mengalami tekanan sangat berat, terutama karena saya seorang pastor, sebagai wakil Tuhan di lingkungan dan masyarakat serta di gereja,” kata Moses.
Moses dan Joan menghabiskan $10.000 (sekitar 140,9 juta rupiah) untuk pernikahan mereka, tetapi tak sanggup menanggungnya. Dua tahun berlalu dan mereka masih belum dapat melunasi utang-utangnya.
“Akibat stres, Anda dapat mengalami depresi sebagai seorang istri,” kata Joan. “Anda merasa suami tidak dapat memenuhi kebutuhan, Anda merasa benar-benar telah berbuat kesalahan.”
Parlemen Uganda sedang mempertimbangkan untuk membuat satu peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan pesta pernikahan. Harapannya, undang-undang itu dapat mencegah warga yang akan menikah dari terjerumus ke dalam kubangan utang.*