Hidayatullah.com—Ilmuwan David Goodall, 104, wafat setelah memilih untuk direnggut nyawanya di sebuah klinik di Swiss, kata sebuah organisasi pembela hak untuk mati.
Pakar ekologi dan botani terkemuka kelahiran London itu, yang tidak mengalami sakit parah, mengatakan bahwa keputusannya didorong oleh kualitas hidupnya yang memburuk.
Perjalanan Goodall dari Australia ke Swiss untuk meminta nyawanya dicabut telah menarik perhatian masyarakat dunia.
“Kehidupan saya kurang baik sekitar setahun belakangan ini dan saya bahagia untuk mengakhirinya,” kata Goodall dikelilingi sejumlah anggota keluarganya, menjelang kematiannya seperti dilansir BBC. Dia berharap publikasi yang diterimanya bisa mendorong negara Australia mengesahkan euthanasia bagi orang-orang jompo.
Akademisi itu meninggal dengan “tenang” pada hari Kamis (10/5/2018) pukul 12:30 waktu setempat (10:30 GMT) di klinik Life Cycle di Basel, Swiss, setelah diinfus dengan Nembutal, barbiturate, kata Philip Nitschke pendiri Exit International, sebuah organisasi yang membantu orang mengakhiri hidupnya.
Menurut Nitschke, ilmuwan Australia itu terlihat kesal dengan proses administrasi yang harus dijalaninya. “Bahkan kata-kata terakhirnya adalah ‘Ini amat sangat lama sekali’,” kata Nitschke menirukan Goodall.
Hidangan terakhir yang dinikmati Goodall sebelum wafat adalah ikan dan kentang goreng serta keik keju kesukaannya. Menit-menit terakhir hidupnya diiringi alunan Ode to Joy karya simponi Beethoven ke-9.
Goodall hidup sendiri di sebuah rumah susun kecil di Perth, Western Australia, sampai beberapa pekan sebelum kepergiannya ke Swiss.
Dia mengundurkan diri sebagai pegawai pada tahun 1979, tetapi masih banyak terlibat menggarap pekerjaan yang menjadi keahliannya.
Termasuk pencapaiannya di tahun-tahun belakangan, Goodall berhasil menyunting buku berseri 30 volume yang disebut “Ecosystem of the World” dan dianugerahi Member of the Order of Australia untuk karya-karya ilmiahnya.
Pada 2016 ketika berusia 102 tahun, dia memenangkan perkara di pengadilan agar dirinya tetap dapat bekerja di kampus Universitas Edith Cowan di Perth, di mana dia merupakan honorary research associate yang tidak digaji.
Goodall mengatakan dirinya terpaksa meninggalkan Australia untuk dapat mengakhiri hidupnya. Euthanasia hanya bisa dilakukan di satu negara bagian di Australia dan hanya diperuntukkan bagi pasien sakit berat tak tersembuhkan yang menimbulkan penderitaan berkepanjangan. Sedangkan di Swiss bunuh diri sukarela dengan bantuan orang lain sudah diperbolehkan sejak 1942.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Goodall tiba di Basel pada hari Senin (7/5/2018) setelah mengunjungi kerabat-kerabatnya di Prancis, dan menghabiskan hari terakhirnya menjelajahi kebun raya di Universitas Basel bersama tiga cucunya.
Dalam konferensi pers hari Rabu (9/5/2018) dia mengaku sangat terkejut dengan banyaknya liputan media perihal rencana dirinya untuk mengakhiri hidup.
Goodall tidak menginginkan upacara pemakaman dan berwasiat jasadnya disumbangkan untuk keperluan medis atau abunya ditebar di tempat kematiannya, kata Exit Internasional.*