Hidayatullah.com–Parlemen Myanmar menunjuk sekutu politik Aung San Suu Kyi sebagai presiden baru, menggantikan Htin Kyaw yang mundur tiba-tiba pekan lalu.
Parlemen Myanmar hari Rabu (28/3/2018) milih Win Myint sebagai presiden. Politisi berusia 66 tahun itu sebelumnya menjabat ketua majelis rendah parlemen Myanmar sejak 2016, tak lama setelah National League for Democracy (NLD) menang telak pemilu bulan November tahun sebelumnya.
Pekan lalu Myint mengundurkan diri dari jabatan itu untuk menjadi wakil presiden. Hal tersebut membuka jalan baginya untuk diangkat menjadi presiden, yang dipilih dari tiga wapres yang ada oleh anggota majelis rendah dan tinggi parlemen.
Dia mendulang 430 dari 636 suara dalam pemilihan di parlemen, yang terbelah menjadi kubu NLD dan militer, lapor DW.
Baik Win Myint maupun Htin Kyaw adalah sekutu dekat Suu Kyi, yang berdasarkan konstitusi 2008 buatan rezim militer dilarang menduduki kursi presiden. Sebagai gantinya, putri jenderal Aung San itu menduduki “jabatan buatan”, penasihat negara, yang menurutnya lebih tinggi ketimbang presiden. Suu Kyi juga menjabat ketua NLD.
Khin Zaw Min, direktur kelompok advokasi kebijakan Tampadipa Institute, mengatakan bahwa presiden baru Myanmar ini masih akan berada di bawah ketiak Suu Kyi.
“Buat orang-orang yang bertanya, dia akan selamanya menjadi antek Suu Kyi,” ujarnya. “Saya tidak berharap ada perubahan banyak di kepresidenan, kecuali Win Myint mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan Aung San Suu Kyi dan militer.”
Win Myint dilahirkan di Delta Irrawaddy pada tahun 1951. Dia belajar geologi di Yangoon sebelum menjadi pengacara di tahun 1980-an. Dia bergabung dengan NLD ketika partai tersebut dibangun di tengah maraknya aksi protes menuntut demokrasi pada 1988. Ketika militer berkuasa, dia bolak-balik masuk penjara. Seorang putranya meninggal dunia ketika Myint meringkuk di dalam sel.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Saya tidak menaruh dendam kepada militer, tetapi saya ingin putra saya ada di sini di hari seperti sekarang ini,” ujar Myint setelah dilantik sebagai jubir (ketua) parlemen tahun 2016.*