Hidayatullah.com–Kanselir Angela Merkel pada Jumat menyanggah komentar dari kementerian dalam negeri yang menyebut Islam tak seharusnya berada di Jerman, dan menekankan bahwa agama dari empat juta penduduknya itu merupakan bagian dari negara Jerman, sama seperti Kristen dan Yahudi.
Berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven di Berlin, Merkel menggaris bawahi pentingnya Kristianistas dan Yudaisme dalam sejarah Jerman, dan bahwa Islam juga bagian dari sejarah negara tersebut.
“Negara kita sebagian besar dibentuk oleh Kristianitas, dan akan terus begitu,” kata Merkel, lantas menambahkan bahwa Yudaisme juga berperan penting dalam sejarah dan kebudayaan Jerman.
“Namun kini empat juta Muslim hidup di Jerman, dan mereka mempraktikkan agamanya di sini.
Baca: Politisi Jerman dari Partai Rasis AfD Arthur Wagner Masuk Islam
“Orang-orang Muslim ini milik Jerman, maka agama mereka, Islam, juga milik Jerman,” imbuh dia dikutip Anadolu Agency.
Pernyataan Merkel ini berlawanan dengan perkataan Horst Seenhofer, menteri dalam negeri Jerman yang baru, yang mengepalai partai CSU selama 10 tahun.
“Islam bukan untuk Jerman. Jerman dibentuk oleh Kristianitas,” ujar Seegofer kepada harian Bild pada Jumat.
“Muslim yang tinggal di sini tentu saja rakyat Jerman. Tapi bukan berarti kita harus membuat keputusan-keputusan yang salah dan melupakan tradisi dan budaya kita,” kata dia.
Politisi konservatif ini membuat pernyataan kontroversial tersebut sebelum pemilihan regional yang akan berlangsung musim gugur ini, di mana partai Christian Social Union (CSU) diramalkan mendapatkan perlawanan sengit dari partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD).
Baca: Jerman Miliki Menteri Muslim Pertama
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Jerman, negara dengan 81,8 juta orang, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.
Di antara 4,7 juta warga muslim di negara tersebut, tiga juta berasal dari Turki. Kebanyakan adalah generasi kedua atau ketiga keluarga Turki yang bermigrasi ke Jerman pada 1960-an, dan kini telah berbaur dengan baik dengan masyarakat Jerman.
Negara dengan ekonomi terbesar di Uni Eropa ini menjadi saksi Islamofobia yang terus tumbuh di beberapa tahun terakhir karena propaganda dari partai-partai sayap kanan, yang mengeksploitasi ketakutan warga dari krisis pengungsi dan terorisme.
Sejak 2015, Jerman menerima lebih dari satu juta pengungsi yang kebanyakan berasal dari Suriah dan Iraq.*