Hidayatullah.com–Arab Saudi telah memerintahkan media di negara itu untuk tidak “terlalu banyak menyoroti” keputusan kontroversial Washington yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, kata sebuah sumber seperti dikutip The New Arab, Sabtu (09/12/2017).
Pengadilan Kerajaan Saudi mengirimkan sebuah “peringatan keras” kepada para pemimpin koran, dan stasiun radio dan televisi pekan ini tentang masalah yang telah memicu protes di seluruh dunia Arab, kata sumber itu kepada The New Arab pada hari Kamis.
Berbicara tanpa menyebut nama, sumber itu menambahkan bahwa perintah itu memberi petunjuk kepada media untuk “membidik Iran dan negara-negara regional lainnya” dalam liputannya.
Baca: Angkatan Bersenjata Malaysia Tunggu Instruksi Bela Baitul Maqdis
Pengadilan Kerajaan Saudi pada hari Kamis mengecam keputusan Trump itu sebagai “tidak tepat dan tidak bertanggung jawab”. Langkah kejutan Trump itu mungkin membuat malu para petinggi di Riyadh.
Dewan Tertinggi Ulama – lembaga keagamaan paling tinggi di negara itu- juga merilis pernyataan yang “mengkonfirmasi status luar biasa Yerusalem” dalam dunia Muslim.
Beberapa komentator menganggap pernyataan lembaga tersebut mengecewakan karena tidak ada kritik yang jelas kepada Trump yang mengambil langkah itu, dan hanya fokus pada kepentingan keagamaan kota suci Al-Quds.
Pada hari Kamis, seorang menteri Israel menyarankan Trump harus memperoleh “lampu hijau” dari para pemimpin Arab sebelum membuat keputusan yang memecah-belah itu.
Berbicara kepada saluran 10 Israel, Yisrael Katz menyatakan pemerintah AS telah mengkoordinasikan langkah itu dengan para pemimpin Arab sebelum mengambil keputusan, untuk memastikan mereka akan membantu mengatasi reaksi warga Palestina dan Arab.
Mengenai posisi Arab Saudi terkait langkah Trump, Katz mengklaim Riyadh akan memperhitungkan “kepentingan keamanan bersama dengan Israel”, terutama dalam kaitannya dengan musuh bersama, Iran.
Kecurigaan yang kuat Arab Saudi dan Uni Emirat Arab atas kekuatan Syiah Iran dibagi dengan Israel dan Israel telah membantu mencairkan hubungan.
Kerajaan Arab Saudi menyatakan kecewa atas pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem (Baitul Maqdis) sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke wilayah itu.
Baca: KTT OKI Diharapkan Jadi Pintu Penyelesaian soal Palestina
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Saudi Press Agency (SPA) menyatakan bahwa pengadilan kerajaan sebelumnya telah memperingatkan konsekuensi serius dari langkah yang tidak bertanggung jawab dan tidak beralasan” seprti di kutip di laman Arabnews.com, Kamis (07/12/2017)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kerajaan menyatakan penyesalan yang mendalam bahwa pemerintah AS (Trump) telah mengambil langkah ini, karena ini merupakan bias besar terhadap hak sejarah dan permanen rakyat Palestina di Yerusalem, yang telah ditegaskan oleh resolusi internasional yang relevan dan telah diakui dan didukung oleh internasional, ” demikian kutip SPA.
Pada hari Selasa (05/12/2017), Raja Saudi Salman memperingatkan Trump bahwa memindahkan kedutaan AS untuk Israel ke Baitul Baqdis merupakan langkah yang berbahaya, yang bisa merugikan kaum Muslim di seluruh dunia.
Arab Saudi menyangkal segala hubungan resmi dengan Israel, meskipun laporan-laporan terbaru dalam jumlah yang cukup besar hubungan kedua negara itu.*/Abd Mustofa